Melisa (Cinta Pertama)
ekamar untuk tidur, karna memang perjalanan dari Jakarta ke Semarang sangatlah melelahkan. Tapi
r aku pun meminta izin kepada Nen
izin pergi kerumah te
rena aku hampir tak pernah datang ke
eraktir datang ke rumah Nenek, saat kamu masih berusia 6 tahun, itu lama
-gara Ibunya yang sedang sakit, emm... kalau gak salah
ujar Nenek sambil tersenyum, "y
tu dia
nek selalu datang ke rumahnya, soalnya hasil baju bikinan, Bu Ningrum itu bagu
l ya? Em... kalau gitu Me
ain oleh-oleh ya kebetulan Nenek ta
iya,
entar, lalu keluar lagi dengan me
ada Bu Ningrum, dan kamu juga harus
a,
satu
itu,
enek, pasti mereka gak bakalan berani berkutik!" pesan Nenek kepadaku, tapi nada bic
mengangkat tangan kanan da
t dulu ya!" Kucium tangan
mat yang dikirimkan oleh Dion. Meski letaknya sangat strategis dan tidak
emu dengan segerombolan anak muda, yang se
eka. Terlebih aku adalah orang asing di sini, la
lama aku t
toh sebentar lagi juga sampai,
dung sesuatu, hingga aku terjatuh. Kantung pelastik kue yang kubawa j
enar situasi ya
ana? Sini biar Mas, bantuin!''
ung kresek dan ponselku. Mendadak aku dikagetkan oleh se
saya bantuin
gunakan kaus hitam di padu dengan celana jeans yang sobek-sobek, rambutnya juga acak-acaka
ni? Aku tak
diem di sini aja?" tukasnya, se
gi pula aku tidak boleh berpikiran buruk dulu, dan aku jug
tinggal bilang saja kalau aku cucunya Nenek
i aku rasa tidak perlu memberitahu pemuda i
muda itu juga mengambilka
kasih,"
ar-benar penampilannya yang mirip preman ini tidak sesuai dengan tutur katanya yang
a kasih," Aku pun juga m
saya antarkan!" paksany
neran, saya jalan
ezeki gak boleh di
ap
arna saya ini orang baik, bukan or
annya, lagi pula berjalan k
ya mau! Terima kasi
ya
ria yang sudah memboncengku ini, karna aku belum mengenalnya, lagi pula aku ad
benar-benar s
bertanya kepadaku, mungkin d
bak ini namanya siapa? Dan
lupa memberitahu kema
Dan saya mau ke rumah,
ornya malah sudah berhenti di depan rumah sederha
rhenti?" tan
u Ningrum, Mb
ya?" ucapku samb
ya langsung p
en
nya, padahal aku belum sempat berter
a langsung ngibrit. Aku l
uk pintu r
gi kata 'Assalamu'alaikum' dan bolak-balik me
k di kursi teras, sambil membuka p
tt.
kamu dimana
ang dari rumah saki
h lam
lagi juga sampai rum
mah kamu, Dion! Dan aku la
udah sampai
, Di
ya!] Dion ter
yetirnya, Dion! Kamu l
uga pelan kok, kan
dah hati-
alon Is
apaan
na Dion sedang dalam perjalan, baha
*
t mobil berwarna putih mem
ion," Aku lan
i
kencang. Sengaja supaya ak
kl
dalam mobil sambil
i dan bersiap memelukku. Tangannya sudah menge
benar-benar memelukku, ini
isebut romant
gen ...."
uga kangen,
pi
apa,
kamu mana
gnya sendiri, "Ibu, masih ad
elukannya lalu berjalan
ng jangan kutuk Dion, jadi batu ya," bicara Dion
ibunya mende
aku bertemu dengan Ibu-nya Dion. Aku
anya, Melisa!" ucapnya Dion mengena
sembari meraih tangan be
al, Tante,
at sedang lemas ini, juga menyambutku dengan hangat. T
to yang
il mencolek daguku. Nada bicarany
isa aja," uja
ugiyem, Nenek-nya, Mel" aku menyodo
u cucunya, Nenek
Tante,"
aja biar kompak ka
awabku sambil
k kedalam kamar sembari
irahat dulu, kalian n
u!" sah
ng jangan diapa-apain
banget sama anak sendiri," ke
n curiga!" tegas wan
*
mengobrol di
kin cantik aja ya," ledek Dio
eh gombal!"
seri
h, Raja Gomb
ol bersama, membah
masalah keluarga, lalu sampaila
ana dengan
epalanya. Seperti ada sesuatu yang membuatnya sangat ke
sekolah, Mel
ibuk mengurus sang ibu, lagi pula di
arus menjaga ibunya dan mengan
komplikasi, dan belum lama ini
h akan menambah beban baginya. Hanya saja aku kecewa, karna melihat anak cerdas seper
kanlah orang yang bisa kamu banggakan?" tanya Dion yang tampak
a saat, Dion b
kamu akan meninggalkanku untuk mencari yang le
Tidak mungkin aku meninggalkannya yang sedan
u, Dion. Aku janji bakal setia sama kamu kok, dan ter
rambutku lalu mengecup keningku deng
ambu