Melisa (Cinta Pertama)
begitu indah, nyanyian merdu seorang sind
entara aku duduk agak menjauh sambil melamun. Aku masih memikirkan kejadian kemarin. Rupanya pria yang telah menol
arahku, "kamu ngapain sih, sendirian di situ?
jalan mende
iani, juga datan
ih sakit? Bengkak enggak?"
, gak sampai bengkak, Mel jug
gangguk lega, "kamu mau keru
lagi pengen santai di rumah aja,
aja, gak usah keman
ian terdengar seseo
amuall
wab Nenek sembari m
Ganteng, rupan
, saat mengetahui jika
memanggil
! kok kam
boleh main kesini?" Dio
gitu, tapi Ibu
juga karna Ibu yang nyuruh. Katanya aku suruh main
beg
l! Nenek, dan Kakek, biar meny
alah pergi sih?" kel
ergi ah!" imbu
rgi ...." Ucapku
g sangat mengertian, makanya gak mau ganggu k
i, lagi pula kalau mereka di sini pasti kami akan merasa canggung. Kami tidak bisa b
ktu yang sangat berharga bagi kami. Dan tak berselang lama Dion pun be
ion memberikan s
uat kamu,"
a i
ja," ja
kan lagi butuh banyak uang untuk berobat Bu Nin
eliau ingin agar kamu menyimpanny
pi sayangnya aku tidak yakin jika umur beliau masih panjang. Bukanya aku sok tahu karna takdi
n. Dan salam buat
mengusap rambutku sambil mengecup keni
*
i mulai masuk ke kamarnya untuk tidur siang. Sementara Ne
lai bo
rumah. Ternyata teriknya mentari tak berlaku jika kita bera
di perdesaan yang masih asri i
hon talok orang sini menyebutkan. Kuli
ampau, dulu ada sepasang anak laki-laki
puan itu a
anku. Kalau tidak salah naman
g tua Bagas tinggal di Jakarta karna bekerja di sana. Sem
temu dengan mereka di Jakarta, pad
n aku dong yang n
uh lebih dewasa darinya. Sehingga aku merasa lebih berkuasa, dan anak lelaki itu terus menuruti perintahku. Dia selal
i ini dipertem
masih ingat
waktu itu, selalu memanfaatkan Bagas untuk disuruh-suruh, dan bocah lelaki
di Jakarta ikut dengan orang tuanya? Ah en
*
Mel!
ndengar seseorang
endapati si Pria Tanpa Nama
memanggil namaku seperti memanggil see
ung berdiri m
ra ketus. Kalau disamakan dengan Abang-aban
yaanku, dan dia malah diam me
il-manggil aku ya?!" tanyaku lagi, dan ka
a malah sa
mbak, tuh," jawabnya
manggil nama 'Mel' sampai beberapa ka
a mulutnya seperti syok
yang tadinya damai malah sekarang terusik oleh kahadiranya. Dan dari pada
h pohon talok itu, aku ingin menik
!" teriak
kembali mel
gil namaku tapi ta
Kok gak nyahutin
bermain-main denganku,
gi dan kembali
ya?!" labrakku dengan gaya
u, dan pandangannya malah tertuju kepada seekor k
u kemana aja sih, Mel! Dipanggi
i melotot tajam dengan
ni benar-bena
Mel' itu b
ma kuci
alu pergi saja, toh dia juga tidak memperhatikanku
langkah, pria itu mal
emana,
ambu