Mr. Tatto Wants Me
nggemaskan saat tubuh mungilnya dibalut jaket merah muda dengan nama punggung berlogo toko pizza, tapi ini bukan pekerjaan pertama Marra, sebab ia bisa menjelma menjadi peke
besar pengusaha berskala menengah di Manila mengenal seberapa rajinnya seorang Marra Acosta, ia memang tupai kecil yang melompat gesit dari satu tempat ke tempat lain setiap hari. Ia bisa menggantikan pekerjaan o
helm, pelindung kepala saja masih kebesaran untuknya, tapi si tupai kecil tak perna
mpuk dari box di belakang sekuter dan menghampiri gerbang, mene
rbang terbuka, gadis cantik dengan dress p
. "Aku pengantar pizza." Ia
udah mengantarnya tepat waktu, teman
"Selamat menikma
n pizza hari ini, baris terakhir. "Racher Art?" Marra menerawang. "Aku pernah mendengarnya beberapa kali, mari kita lihat maps." Ia
*
enatap situasi di luar melalui kaca tebal di ruang utama Racher Art, i
tak jauh dari posisi Jose. Sebotol wine dengan tiga gelas sloki, sebungkus rokok serta pemantik tergeletak di permukaan meja. Wanita it
"Kau benar, Bianca. Harus kumarahi
ersandar pada dada bidang berbalutkan kaus hitam yang m
gelas sloki berisi sedikit win
mari bertemu
en
k berselang lama terdengar suara sekuter berhenti di depan Racher Art, buru-buru Jose berla
menikmati kemarahan Jose, tapi Denis sama sekali tak melihat ke arah temannya sementara Jos
i aplikasi, apa kau tak memprioritaskan pelangganmu?" Jose memulai ocehannya
t perjalanan menuju kemari hampir saja sekuterku menabrak anjing kecil di tengah jalan, ternyata kaki anjing itu sudah terluka, sepertinya dia sudah d
enyum, lalu mengusap tengkuk. "Aku sudah
ar." Marra memberi
buru masuk dan meletakan kotak pizza di permukaan meja, membuat kening Bianca
ik dompet dari saku celana, Jose buru-buru mer
memarahinya tadi, sekara
pop." Jose keluar dan memberikan selembar uang yang di
begitu kecewa padaku, jadi harus kuberi
uh-sungguh. Anggap saja permintaa
emoga kau menikmati pizzanya, aku harus kembali sekarang." Ia menengadah ke langit. "Sudah hampir hujan." Ia memakai helm dan b
bertahan sebentar di sini," ujar Jose, mun
e belakang, tampak sepi manusia, ia memicing pada Jose seperti curiga akan sesuatu. Hujan seperti ini dan mereka hanya berdua, ia memik
tangannya. "Sungguh, aku bukan p
pinjamkan ak
a serta Denis di sofa. Wanita itu entah sejak kapan sudah duduk di pangkuan Denis, mengalungka
tersenyum simpul, lantas menggeleng. "Tidak, lebih baik dia terjebak hujan di sini. Bukankah kami bisa mengobrol sebentar, dia bisa menjadi teman bicara saat Denis serta Bianca membuat panas
ihat Jose menggeleng membuat gadis itu mendesah
udut ke sudut. Jadi, Nona. Kau harus
leng cepat.
an di sini, ada bo
laki-
bawa." Jose menunjuk pada sofa di sisi kanannya, jika dari pintu utama Racher Art memang takk
dak berbohong?" t
mengecekny
ya-gadis itu hampir mengumpat karena menyaksikan sepasang manusia sibuk bercumbu, ia be
"Hey! Bisakah kalian berhenti melakukan itu, kalian membuat gadis i
gkel pada Jose. "Sejak kapan karyawan mengatur bos
kan s
rang, lantas kembali menatap Marra. "Mereka
ak ingin bergabung dengan mereka." Marra
e kembali bersemangat, ia menata dua kursi di sisi kaca sep
narkoba, kan?" Gadis itu
sama
memberanikan diri masuk
ng manusia di sofa karena terkejut, tapi sekarang Marra bisa melihat jika pria berkaus hitam yang disebut 'bos' oleh Jo
pandang selama beberapa detik sebelum Marra memutus
rahkan wajah Denis agar melihatnya lagi. "Selama kau
*