Dicintai Adik Ketemu Gede
nkan amanah dari Nyak Marni dan Fadlan un
magrib nanti. Berbagai hiburan pentas seni tradisional dan modern juga akan dil
an acara penting lainnya, yaitu melaksanakan permintaan F
jam lima kurang, akhirnya kami memutuskan pulang lebih awal agar bi
kaca spion?" tanya
mang, aku curi-curi pandang di kaca spion. Bukan apa, sebenarnya dari
hutku sambil
tinya. Dia menatap nyalang
cewek can
rnya tawa lepasku terjadi, dan itu membuat Vivi semakin kesal. Mun
ahnya seraya mencub
, Vi!" sambungku mengingatkan. Kini, tawa telah b
onyongka
kesel! Ketawain apaan,
k bisa bohong. Inginny
u? Nanti kamu
mencubit pinggangku. Kali ini lumaya
enuntut agar aku segera bicara. Aih
bari tertawa. Di sudut mata, air bening muncul sedik
a berhenti, dia malah semakin menjadi. Alh
ingati. Bodohnya aku, si motor ini malah terus
ai Abang ngomong!" Vivi ku
a motor semakin tak terkendali. Entah mengapa pula aku mala
i cukup keras. Kali ini ia bisa menghen
Tak kira-kira, aku dan Vivi mendarat tepat di atas genangan air comberan samping pen
Vivi me
ku dan Vivi basah plus kotor. Beruntung kami t
Kok, nggak hati-hati! Kan, jadi jatuh! Basa
egap, dia sudah menggoyang-goyan
mungkin jadi oleng! Untung cuma jatuh ke comberan dan nggak nabrak banguna
ata, kami babalas pasti menubruk bangunan
. Jam segini pasti sudah pulang ke tempat masing-masing
hin Vivi?! Siapa yang
elek segede biji padi gitu, ha ha h
segera mengambil sesuatu da
ku masih tergelak. Seketika, waj
adi, sih?!" Vivi langsung menyingkirkan ko
ir kotor. Pun dengan Vivi, dia tak peduli lagi dengan pakaiannya yang ikut koto
akan nyebur begini!" sergahnya seray
berlari menghi
cahayanya mulai menggelap, kami berdua malah saling kejar-kej
mu gede-ku yang sifatnya masih saja macam
*
udah pulang ke kosan. Dan, aku b
capek bener." Aku mengeluh seraya
Tok
buatku bangun dari posisi rebahan
iv
Vivi. Sampai aku kini mengucek mata. Dan
ng menyegarkan, tapi tidak menusuk hidung. Memakai mini dress warna krem selutut,
an pesan. Ayo buruan! Nanti keburu malem," ucapnya dengan nada suara cuk
aja, pangling melihat Vivi yang memoles diri pakai make up tipi
" kataku seraya mencengkram pelan bahu
an kembali. Ck, dasar Vivi. Itu
m siap-siap. Dasar Bang Agam payah!" serunya. Kemud
tku. Tanpa menunggu dirinya menjawab, segera kututup pintu kamar. Yah, wal
ergi. Semua kulakukan untuk menepati janjiku pada Fadla
, letaknya ada di lantai enam hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta Selatan. Fadlan sudah memboo
n aku memakannya. Jangankan makan, lihat pun baru sekarang. Lalu, buk
akan beginian," kata Vivi
gangguk
makan satu persatu menu yang ada di hadapan kami itu. Tentunya setelah aku berselancar terle
ue tampilannya begitu-begitu saja, makanya aku dan Vivi tak sampai mencari lagi di internet. Kami menikmati menu penutup dengan santai, suas