Dicintai Adik Ketemu Gede
r sendiri," gumamku seraya mengelap pipi
ngat akan Fadlan yang kini mungkin masih dal
aku tak masalah. Toh, yang nyium itu anak SD. Sekarang, kan, beda lagi. Uda
n bahwa tadi itu hanya kebiasaan masa kecil yang belum bisa Vivi
naik panggung! Fadlan, kan, sudah menyuruhmu untuk mengabadikan momen p
i toilet dan melenggang masuk ke area lapangan utama, di mana tempat itu dijad
nyaman. Sekilas kulihat Vivi sedang bercanda ria dengan tem
anaknya cukup pendiam. Saking pendiamnya, dia selalu jadi bahan olokan. Dia takkan berani mengadu pada
anggil sambil melambai
yang mengerumuninya perlahan memberi
sindir Vivi sembari menunjuk ke arah
n tertawa kecil
jemput Encang. Udah mendingan dan nggak sakit lagi, tapi Eny
n, ada Abang. Nah, kamu juga bisa tenang dan bis
i ...." Dia menunduk, tangannya
ti a
nggak
an,
Vivi. Yang cakep ya," selanya ser
ma. Mereka tertawa cekikikan. Tak lama setelah pidato selesai, Pak Kepsek pun menyuruh para lulu
u memotret Vivi, tiba-tiba pikiranku diseret kembali pada kenangan masa lalu ket
ya lagi untuk kembali mengenang semua itu." Aku bergumam
g menyalami jajaran guru serta para staf. Satu persa
Ke mana dia? Apa mungkin sedang bersama teman-temannya? Atau mungkin ...." Be
sung menyusul ke mana Vivi dibawa oleh mereka. Vivi semakin jauh dari pandangan. Aku terus berjalaan lurus menyusuri
itu sekuat te
bil saling oles krim kue. Ruang kelas itu telah disulap menjadi ruang pesta. Semua berhenti dan diam saat aku tiba. Mata me
sesaat. Mungkin karena harinya bertepatan denga
belas menit ke belakang, di mana saat V
kan soal ulang tahunnya, tapi
setiap tahun aku selalu ingat. Lalu, mengapa ti
nya Vivi dengan raut wajah murung. Pert
n kepala. "Enggak, Vi. Cuma
dah, nggak usah beral
i ini doang. Jangan marah, ya. Sekarang gini, deh. Kamu
tanyanya
ya, apapun. Kamu m
n tatapan mengharap. "Bang Agam yang bayar tiketnya," tambahnya. Kini, ga
lau hari ini Fadlan sudah menyuruhku untuk
tu. Soalnya, hari ini ada yang lebih spesial sudah menunggu
ng ke kita," goda teman-temannya serentak. Mereka b
edas, "Itu tem
yg lagi dikejar cowok, nih," celetuk gadiyum. Tapi Vivi langsung mendengkus, sehingga yang la
bangku sendiri. Udah, lah, jangan sembarangan ngomon
langsung memeluk diri, dan
sudah begitu banyak dan besar, bisa-bisanya dia tak meras
pa buat Vivi?! Tujuannya apa?" Ak
dulu. Lagian, Fadlan juga tak menyuruh
lmarhum ibunya untuk terakhir kali, dia takkan mungkin pergi dan bakal ngajak kamu. Tapi, terp
a sumr
, y
ya
tusias. Apalagi mereka. Semua pasang ma
bilang apa, soalnya Fadlan sengaja
dlan hanya pesan d
a lagi? Terpaksa aku katakan yang sejujurnya. Toh, Fadla
ngerti dan tak mema
kapan perg
an, kita pergi s
ke
nyum leba