KAHINA
tnya. la berusaha menyelesaikan pencarian, dengan kaki sedikit pincang ia coba menarik isi
ri awal berdirinya perkebunan ini. Diarsip ini lebih banyak men
na hijau tua. la mengetahui surat itu dibuat, tepat tanggal 18 Feb
ng ia temukan itu. Akan tetapi, ia tetap berusaha memilah, dan mengamati. Siapa tahu tulisan itu akan menjadi petunjuk penting, baginya kel
o hitam putih. Dalam bingkai foto hitam putih itu, ada gambar yang sama dengan lukisan dalam canvas. Sepertinya usia canvas, dan foto hampir s
uan. Di gambarnya terlihat para laki-laki berdiri di belakang para wanita, sedangkan wanitanya du
pakaian elite Jawa, namun berwajah mirip orang Belanda. 4 orang yang lainnya wanita. 2 orang nyonya Belanda, dan 2 orang lagi wanita Jawa. Para wanita itu, juga berpakaian elite ala bangsawan. Sama seperti para laki-lakinya, sepertinya para wanita Jawa it
se Kawol Bente. Gusti, seketika jantung Laksmi pun, berdegup tidak karuan. Benarkah wanita itu, adalah Mbah Kawol. Jika benar, artinya Mbah Kawol adalah wanita Indo keturunan Belanda. Dan jika itu benar, maka tidaklah salah, bahwa kata n
n. la berniat untuk mempelajarinya di rumah. Bahkan jika memungkinkan, ia akan terus mencari seluk beluknya sampai ketemu. Walau sekalipun nanti, ia harus berangkat ke Surabaya atau ke Jakarta. Laksmi harus tahu, siapa Mbah Kawol yang sebenarnya. Apakah benar, Mbah K
emua dokumen yang berhubungan, dengan tahun 1813. Saat itu, ia berjalan melewati lorong bagian b
erjalan suara detaknya, terdengar menghentak cepat saat bertemu dengan lantai. Laksmi mempercepa
laman parkir secara tidak sengaja berte
a populer wanita karir tahun 80an. Dengan kerah tinggi berwarna putih, dan rok span sedikit di ba
mbak.Tapi badan Laksmi r
apas dengan Laksmi, sedikit merasa heran. Pakaian Laksmi terlihat kotor, oleh debu yang be
dek?" Ia mendatangi Laksmi, m
smi sudah mendingan." jawabnya denga
( pemimpin perkebunan ) juga sudah memberimu tenggat waktu, untukmu istirahat. Sampai, kamu ben
uannya, akibat menahan haru selama kni, karena selama ini ia juga dekat dengan Kahina. Apalagi apabila pada hari Jumat biasanya
terlihat telah menetes, benteng pipi itu seakan tak kuasa menahan kesedihannya. Mbak Iffah yang
alas Laksmi. Ia me
kamu, dek. Kehilangan anak yang disayangi satu
dengan Iffah tak kuasa membendung air matanya,
amu mau
ulang
umu kenap
panjang, lalu ia pun
lah ini selesai nanti akan aku kembalikan lagi." ucap Laksm
asal nanti dikembali
a, Kemudian dua orang inipun saling berpisah, dan
tapi kembali lagi seperti persangkaannya, mungkin saja Laksmi sebenarnya belum benar-benar pulih dari kondisi kejiwaannya yang te
a yang dilewati sedikit curam dengan jalanan berbatu kerikil tajam. Waktu itu ia mengamb
an mata, Padang ilalang terhampar luas bersebelahan dengan bukit-bukit kecil di bawah lereng gunung, menghamparkan sebuah keindahan alam khas tanah Jawa yang damai dan
epeda. Sepanjang perjalanan pulang ia beberapa kali berpapasan dengan buruh kebun yang berangkat bekerja, mereka berangkat deng
antara lainnya. Sapaan dan senyuman, selalu ia terima sepanjang jalan. Apalagi statusnya di perkebunan, sebagai orang kantora
a pada Laksmi. Inilah kali pertama, mereka melihat Laksmi secar