icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

KAHINA

Bab 8 Jember

Jumlah Kata:1388    |    Dirilis Pada: 22/03/2022

n mengirim surat untuk suaminya, yang bekerja di negara Malaysia. Maklum mata uang negeri Jiran kala itu, jauh lebih mahal dari pada mata uang di Indonesia. Gaji satu ha

u desa, yang pemuda pemudinya bany

urungkan. Pikirannya terganggu dengan map berbahasa Belanda, yang sengaja ia bawa dari rumah. Selain hendak meng

Setelah menemukannya nomor telepon yang ia cari, Laksmi memperhatikan disekitarnya. Ia me

Jalanan masih banyak dipenuhi oleh pejalan kaki, dan pengguna sepeda onthel. Jumlah mobil yang berseliweran, bisa di hitung jari. Bahkan pengatur jalanan pun masih dilakukan oleh polisi lalulintas, yang berdiri di tengah-tengah simpang

untuk mencari uang koin pecahan 5 perak. Setelah menemukan uang koin, Laksmi pun menyeber

elepon rumah kawannya. Cukup lama, ia menunggu teleponnya diangkat. Sampai akhi

at, dari suara seorang wanita. Laksmi menebak, wanita yang m

hal

dengan

Laksm

, sinte

an sekolah R

?" pengangkat telepon tersebut, s

isamping rumahnya sampean.

iki!?" suara diseberang

Bude

kamu to

gih

Lama sekali gak pern

k, B

ir ke ruma

i kebetulan La

ya. Biar nanti Bude suru

rimakasi

k. Lama banget,

ih, b

Bude panggil

ih, B

dengar gagang telepon diambil alih. Berganti

ksm

, ini aku

karang, dek mana Laksmi?" ( me

di J

'e, dek

sar ta

u kerumah

pang nginap di ru

tu. Aku tak jemput kamu, sek

Di terminal telepon, di

Aku tak langsung beran

s, tak

at lebih ramai dari biasanya. Matahari yang redup seakan memberi sinyal pada Ratna, untuk menyiapkan jas hujan pada jepitan di bagian

i sudah ada di dalam kepalanya. Sebagai anak asli kota Je

ng duduk di halte bus. Kawannya sedang berteduh, d

a orang wanita. Mereka semua, kebetulan sedang menunggu bus kota. Ratna turun dar

ksm

alanya pada Ningrum. Dua orang itupun, sal

a, gak

rasa berat, untuk menceritakan

enggak

ma anakmu. Ayo, naik. Sebentar

njadi hujan. Berbekal jas hujan, keduanya berjalan melewati rintik gerimis. Tetesan air

Ningrum. Sambil sesekali, kepalanya menole

hanya mau

, orang tua Ningrum sudah menunggu kedatangan mereka, dengan menyiapkan makanan, untuk tamu anaknya. Dijember ada sebuah kebiasaan umum, masyarakat nya, setiap ad

ibu Ningrum pada Laksmi. "Ud

de. Terimak

n diberikan handuk kecil oleh Ningrum. Usai melap

ingrum yang sangat ramah. Sampai pada akhirnya, ada sebuah pem

ikin rawon, sekalian

nyum, seakan tidak memiliki salah sama sekali, Mbah Kawol berkata. "Itu, anakmu, di dalam panci, mau Mbah masak jadi Rawon." Potongan telunjuk jari Kahina, terlihat jelas. L

bil, Ningrum memegangi tubuh Laksmi. Dalam hati mereka bertanya-tanya, apa yang membuat Laksmi menangis seperti i

ta. Ratna Ningrum terakhir kali bertemu Kahina 6 bulan yang lalu. Sama sekali tidak menduga, itu adala

sebagian masih belum terjawab. Terutama beberapa dokumen berbaha

pernah kerja, meluk, Londo." jawab Ibu Ningrum, pada Laksmi. ( yang bisa baca tulis

ur'e udah sepuh tapi, se'k seneng moco. Dek rumah'e mbah, banyak buku-

ya sudah tua, tapi hobinya baca. Di rumahnya banyak buku-buku baha

ang disura

ya

er akan bertambah lama. Apalagi ia hanya

u, tak temeni kesana, lagian aku juga lama, en

kita ke

, kalo, mau be

tinggal udah gak perlu repot lagi. Numpang'o tidur disana, selama b

Ningrum." Balas Laksmi. Rencana makan sia

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka