AKSARA HUJAN
A
ver. Aroma bunga melayang ke udara, saat angin pagi menyentuh kelopak – kelopaknya. Sesekali Julie menarik napas panjang, meng
ver, yang kini duduk sambil merangk
tkan kembali cardigannya, lalu menatap Oliver dengan tangannya yang te
ara, kan? Aku juga tidak tenang
n aku,
n, tangan terampilnya melebihi tangan seorang wanita, "K
an keningnya, "
tidak menyukainya." Oliver
i mengangguk, "Aku tahu itu.
ulakukan? Aku hanya memiliki toko bunga ini, dan kau tida
" Kali ini Julie tertawa, perempuan itu membungkuk, m
aku agar menerimamu bekerja di sini? Tapi, aku
elah tangan, "Memangnya apa yang
yang tidak tepat. Perempuan cantik sepertimu tidak s
ma." Julie cemberut, dan
u tidak menyadarinya?" Oliver berkata de
iapa? Apa yang bisa kulakukan selain menari? Aku tidak memiliki sertifikat apapun, itulah kenapa aku bersikeras agar Gemma kuliah. Aku ingin dia me
udah dewasa sekarang, seharusnya dia menger
a dengan anak itu, Gemma sudah menjadi tanggung jawabku." Julie tersenyum,
mu, Julie. Kenapa kau tidak menyisihkan sebagian uangmu untuk dirimu sendiri? Misal
ahal. Dia yang terpenting. Oliver, aku sangat sayang
lie pelan, "Kau ibu yang baik, Julie. Tapi kurasa kau juga harus memikirkan masa depan
"Aku masih muda, Oliv
n kepalanya, "Tidak terlalu muda jik
agaimana?" Julie berkata dengan senyum lebar, da
u seseorang. Tapi aku tidak pernah berani menyatakan perasaanku padanya." Oliver
pa gadis itu? Apakah aku mengenalnya?" Julie tampak tert
olah!" desa
mu, Julie," jawab Oliver se
er." Julie berka
ia tidak tahu kalau aku jatuh cinta padanya. A
ir, "Tidak.
ulie. Kau tahu, gadis – gadis remaja tergila – gila padaku, mereka datang hanya untuk melihat – lihat bunga tanpa membelinya
pengge
karang?" protes Oliver, "Bagaimana, ap
ngamati rangkaian itu, "Hmm, se
n sisa bunga – bunga itu, sementara Julie berjalan – jalan ke depan untuk melihat – lihat bunga yang diletakkan di depan toko itu. Se
.
h kau pemil
gar di belakang tubuhnya. Perempuan itu tersenyum,
ambil pesananku. Bisakah k
h ke dalam, dan menemukan Oliver sedang menem
luar, menatap laki – laki berwajah tampan, dengan kulitnya yang kecokelatan
Oh, kau benar itu orangnya." Oliver bergegas membawa rangk
nya. Bagaimana?" tanya O
iri di muka pintu, mengulaskan senyum yang begitu manis padan
yang kau
er sambil berkata lirih, "Tolong, berikan bebera
kejut menatap lelaki i
kekasihmu, kan?
Oliver dengan
melambaikan tangannya ke arah perempuan itu, "Julie, s
ie hampir menjerit, dan men
untuk siapa, kan? Bisa saja itu untuk kekasihnya!" Oliver terlihat sema