Why are you so cool?
iba-tiba suara berat
eliriknya. Matanya masih terpejam dan kepalanya masih tergelet
lebih putih dari warna kulitku, dan dengan wajah yang tidak pernah bisa jelas kulihat, karena selalu tertutup poni yang tebal dan panjan
arena sejak aku tiba di kelas dia hanya diam tidak bergerak dengan kepala di atas m
terbuka, dia seperti memelototiku dengan tajam, aku bisa merasakan tatapan itu dari sela-sela poninya yang sedik
abaikan dia mend
m-sebelumnya, tapi dia masih lebih dulu tiba di sekolah. M
uga tidak lagi jadi pusat perhatian, sayangnya teman sebangkuku sedikit menyebalkan, kelakuannya kadang membuatku tidak bisa untuk hanya diam saja. Sepert
adahal kami teman sebangku. Aku hanya mengetahui namanya saat ada panggilan absen,
tidak terlalu dekat dengannya dan mengganggunya, mereka juga menyuruhku untuk mengabai
a seperti sosok pemalas yang tidak ingin belajar, dan bi
ihatnya di posisi yang sama. Setiap saat, entah saat pagi aku tiba di sekolah, saat istirahat, bahkan saat jam pulang dia masih tertidur layaknya pa
a yang masih tertutup Leo mengatakan se
apannya saat aku masih tercengang
nghadap menatap wajahnya ya
meninggi, karena merasa ti
h mengataiku seenaknya, se
arah sudah dituduh menyukainya dan di katai budek, tanpa aku sadari aku berbicara sangat keras sampai ora
bah posisi tidurnya, dengan sedikit mengangkat kepalany
ku menjadi kosong, aku menjadi gugup hi
nya. Aku yang merasa tidak terima ingin menjelaskannya lagi, tapi guru sudah datang dan mem
*
hitung sudah tiga kali ini terjadi, setiap aku tinggal sebentar ke toilet, dan saat aku kembali aku akan men
memakan makananku, tapi lagi-lagi seperti sebelumnya, di k
tu, jadi aku mengurungkannya, tidak mungkin dia memakan bekalku. Kemudian ak
a bukan di
dukkan kepalaku menatap lebih dekat untuk memastikan, dan benar, sebutir nasi berwarna kecokelatan menempel di jari telunjuknya. Kebetulan hari ini aku memasak nasi goreng jadi warna nasiku agak kecokelatan.
, sambil menunjukkan ke depan wajahnya sisa nasi yan
menyentuhnya, dan menjawabnya tidak peduli tanpa melihat w
k sangat keras sambil menunjukkan lagi sisa nasi itu di depan wajahnya
enatap kaget padaku, dia menatapku dengan tatapan aneh, aku berpi
ada aku dan Leo di kelas, untuk ketua kelas, hanya sesekali jika ada tugas dari wali kelas, dan biasan
akannya di kelas. Selain itu, aku juga tidak ingin menghabiskan waktuku
at bergema di dalam kelas yang sunyi yang hanya ada aku dan dia, baru saja ketua
Tiba-tiba dia menasihatiku dan mengatakan hal yang sangat musta
nggu, aku
hir begitu saja, dengan aku yang sebenarnya k