Why are you so cool?
aku menginjakkan kakiku di tempat ini. Aroma itu tidak pernah menghilang, sampai hidungku menjadi mulai terbiasa dengan aromany
akan mengeluarkan suara yang sangat nyaring dan sangat berisik sampai aku susah untuk bisa tertidur. Aku yang
menyenangkan di tempat baru. Aku membeku akan udara yang dingin, menatap dinding putih di depanku yang warnanya berubah agak kecokelatan dengan banyak jamur menempel di sudut-sudut dinding. Suasana lembab dengan lantai kuning yang juga berjamur, ada bercak-bercak hitam di beberapa lantai yang sangat susah di hilangkan, jika dilihat dari kejauhan itu seperti motif lantai, padahal sebenarnya adalah
alam, selebihnya hanya ruang kosong tanpa ada kamar, jadi dengan inisiatif, kami memutuskan memasang kain gorden sebagai pembatas untuk membuat kamar masing-masin
ki kontrakan sempit ini melalu jendela rusak yang hanya di tutup kain seadanya oleh ibuku. Setiap kali angin berembus kencang, aroma tak sedap itu semaki
kopi pahit milik ayahku, yang setiap pagi tersaji di atas meja. Untuk pertama kali aku melihat sungai dengan warna sep
itu, apalagi sungai di kampungku yang airnya sangat je
erus-terusan ter sakiti, menderita dan dilecehkan baik fisik maupun mental yang selama ini sudah aku jalani hingga setahu
h elite yang sangat mahal, sekolah yang berisi anak-anak pintar dan anak-anak dari golongan kaya raya, jika bukan karena pintar atau kaya tidak ada yang bisa memasukinya, beruntung aku memiliki otak yang pintar, jadi dengan tes masuk dan nil
it ketakutan. Rasa trauma masih menghantuiku meski aku sudah beberapa kali ke psikiater, rasa itu masih ada, meski tidak separah sebelumnya, dan aku cukup bisa menahan d
uk mengubahnya, meski bukan dengan operasi plastik, aku memutuskan belajar make up yang bisa sedikit mengubah wajah, jadi beberapa hari terakhir aku mengikuti
yang kami bawah dari kampung, aku menatap ponselku dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, sambil menunggu tertidur
sebentar lagi!" begitu ucap putra dengan kedua tangannya menggenggam
uan kejam dari anak-anak perempuan, meski begitu it
arena kita di sekolah jarang bertemu dan kita tidak berada di kelas yang sama, hanya sesekali d
seolah mencoba menghentikanku agar tetap tinggal dan tidak pergi. Dia bahkan menyanggupiku menunggu sebentar lagi, aku yang tidak mengerti maksudnya mengabaika