Bound by Destiny
. Bahwa ia berada di dalam satu kamar hotel. Bersama dengan Garett. D
i Elice tidak merasakan sedikit penyesalan pun di dalam dadanya. Apa mungkin itu karena benar yang ia
g masih ada orang yang menganggapku berharga. Seka
e membuka matanya lagi. Di dalam keremangan lampu bewarna kuni
ret
ebagai satu kenangan. Dan memang
tu tekad pun terbentuk seketika di benaknya. Ia harus pergi. Ia tidak
na. Kejadian malam itu tidak perlu diperpanjang dengan hadirny
ar pergerakannya tidak membangunkan pria itu. Yang tampak l
ng tidak seberapa. Untuk mengamati wajah Garett. Yang tampak tampan dalam gurat kedewasaann
tuk segera bersiap. Kala itu hari sudah menunjukkan jam empat pagi.
persatu pakaiannya. Mengenakannya dengan cepat dan ri
sebelum memutuskan bahwa ia cukup rapi. Walau tentu saja, berkas-berkas merah di sepanja
esuatu membuat pergerakan tangannya di daun pintu berhenti.
gi, nyatanya wanita itu justru memutar arah. Menghampiri Garett dan memandan
kecupan samar di pipi Garett.
ma ka
inya. Satu sentuhan yang membuat ia tak berdaya untuk menarik kembali kesadara
bahwa tubuhnya terasa ringan sekali pagi itu. Sesuatu yang membuat ia bertanya-tanya. Mungkinkah itu
at mengerutkan dahi ketika ia menoleh ke samping. B
li
, ia memandang ke sekitar. Mencoba mencari keberadaan Elice. Tapi, ia tidak me
mandi. Hanya untuk mendapati bagaimana tidak ada Elice di sana. Parahnya, kamar mandi itu pun tidak menunjukka
a .
Tangan pria itu mengusap kasar pada wajahnya yang mas
na tidak ada lagi jejak Elice di sana. Pakaiannya, sepatunya, tas tangannya, dan semu
per
gi melarikan diri seolah ia adalah penjahat yang tidak boleh tertangkap basah
irnya, setelah mengenakan pakaian dalamnya, ia memutuskan untuk melesakkan bokongnya di
a ketika Garett menuntaskan dahaganya. Ber
Meraih celana panjangnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. S
al
u, Garett mengang
rnya kau mengangkat
semakin memburuk. Tapi, ia
kau menghubungiku di Minggu pagi ini
ini hanya senilai sepuluh juta. Kau tau pasti bukan
nya dan merasa bagaimana kepalanya terasa bera
isa dikatakan lembur belakangan ini. Dan aku moh
i, sepertinya lawan bicara Garett tidak memiliki p
araan ini sampai aku menemuimu. Eh
sepertinya di sini kau yang lebih berambi
ahah
mampu menyembunyikan satu fakta. Bahwa yang menjadi lawan
rebut-merebut. Terutama bila itu menyangkut m
at bentuk penolakannya itu. Terutama pria paruh baya yang bernama Nugroho itu.
p kau tidak l
r. Membuat Garett merasa tubuh
pa
soal harta. Tapi, lebih dari itu.
napas di dada. Wajahnya tampak berubah.
ikirkan tindak tanduk keluarga Hartigan. Saat ini mereka sudah bersiap untuk semua tindakan yang mungkin aka
duli dengan h
ada di belakang namamu. Tapi, seperti yang aku katakan. Harta ini bukan hanya mengen
at itu. Sepertinya kali ini ia benar-benar membutuhkan pil pereda ny
u besok d
Nugroho di seberang sana terdengar berbe
ai
mbung