Bound by Destiny
upa seperti saat ini. Di mana bukan hanya tangisannya yang tampak memilukan, tapi isakan yang berulang kali menggu
imu, Elice. Sungguh. Aku
banyak minuman yang ia teguk, maka semakin kuat pula suara itu m
u bajinga
h menjelma menjadi sosok sumber rasa sakit hatinya. Ia butuh pelampiasan. Dan mungkin
ss
saja melepaskan benda itu dari genggaman tangan Elice. Layaknya seorang pahlaw
untuk menerangkan sedikit penglihatannya yang sedikit kabur. Dampak dari minum
asi. Dua kancing teratas di sana tampak terbuka. Sedikit menampilkan kulit bewa
rett. D
annya. Lalu ia menawarkan jabat tangan. Tanda perkenalan yang just
aku sendiri. Aku tidak
Bukannya diterima, yang ada justru sebaliknya. Ditolak. Dan itu terang-terangan terjadi di hadapan seorang bartender yang
ang memiliki masala
eleng berulang kali dan memutuskan untuk angkat kaki dari sana. Tida
tang untuk membuat seorang wanita secant
ng sejak tadi seolah terus menggema di benaknya. Tapi, nahas. Hilangnya suara Ari
tanya Elice dengan nada sengit.
ma sekali. Alih-alih ia justru melakukan se
sana. Duduk. Tepat di sebelah Elic
kup kejadian dengan Ariel yang membuat ia berantakan. Ia ti
yal bahwa dirinya akan segera pergi dari sana. Tapi, G
berputar ke posisi semula. Ia melihatnya. A
au
ot. Dan seharusnya itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan
i tangannya. "Masih jam sebelas, Nona. M
emutuskan untuk pulang jam tiga pagi
Entah itu karena pengaruh minuman atau mungkin karena pengaruh marah padanya. Tapi, Garett tidak peduli apa penyebabnya. Yang
ak di antara mereka berdua dan ia memanfaatkan fakta itu untuk menatap lekat pada kedua bola mata Elice. "Tapi
, Elice m
idak seharusnya seorang w
senyum muncul di bibirnya. Membentuk ekspresi yang membuat Gare
. "Carilah wanita lain, Tuan. Aku sudah muak mendeng
takjubnya. Ia terbahak dan tampa
ahah
Ia akan pergi dari sana. Sebelum emosi di dalam dadanya beranakpinak dan tak mampu ia kendalikan lagi. Siapa
al. Kali ini bukan karena Garett memutar kembali kursi yang ia duduki. Alih-alih
ang pergelangan tangannya. Ia berusaha menarik lepas tangannya
roda-roda di kaki kursi, Elice meluncur tak
a yang kala itu amat dekat membuat belaian hangat napas Garett menyentu
in merayu dirimu,
ng terkesan berantakan. Walau ia terlihat cantik dalam balutan gaun selutut bewarna h
u bisa menangis seperti ini seorang diri? Ehm ... kau
ngan Garett. Tapi, hasilnya nihil. Tetap sama saja. Garett benar-benar memastikan bah
" tanya Elice mengulang pertanyaan yang ia dapatkan. "K
arett me
a sudah ak
dahinya. Mungkin berusaha m
menatap Garett lekat. "... k
encerita
asing yang g
ice membuat G
banyak hal lainnya yang lebih waras untuk dilakukan ketimban
tidak akan membua
a ekspresi wajah itu. Yang tampak santai dan tanpa beban sama sekali
kosong," kata Garett ringan. "Aku punya beberapa jam ke depan un
ap pada kelap-kelip lampu yang menerangi tempat itu. Ia sepertinya butuh oksi
g dekat denganmu, berbicara dengan orang asing justru memberikanmu keleluasan. T
a sudah terlalu banyak minum malam itu? Sehingga entah menga
wa perkataannya sedikit banyak sudah mempengaruhi Elice. Sesuatu yang
an bahwa aku adalah
alah sosok yang santai. Dan karena itulah mengapa Elice yakin akan sesuatu. Bahwa Garett adalah pria yang termasuk ke dalam golongan buaya darat. Karena sepertinya itu adalah ket
irnya. "Apa ini cara yang biasa kau lakukan
ahah
benar-benar berguncang karenanya. Bahkan lebih d
waktunya di sini dan aku yakin tidak ada seorang pun yang tidak mengenalku. Dan aku yakin, tidak ada satu pun dari mereka yang pernah melihatku me
san sindiran yang samar dilayangkan oleh Garett. Ses
ang menggodanya. Tapi, apa ada hal lain yang bisa dipikirkan seorang wanita seperti Elice ketika m
daan ..." Elice menatap Ga
detik, hanya ada kebisuan di antara mereka. Seolah suara musik yang
ett pun demikian. Mengapa? Mengapa ia harus meninggalkan tempatnya dan lantas menghampi
hal. Alasan mengapa pada akhirnya ia masih memegang pergelangan tangan Elice ketika
yang bisa membuat seorang wanita
mbung