Bound by Destiny
kekanakan. Tapi, ketika ia merasakan bibir itu melumat bibirnya, entah mengapa Elice merasa otaknya seperti tidak bisa
ih berharga. Untuk kategori seorang wanita dan juga manusia. Karena terlepas dari bagaimana masa lalunya, tetap ada seorang pria yang akan menyentuhnya denga
simpulan buruk mengenai dirinya sendiri. Yang kerap kali mengatakan dirinya tak lagi bernilai sebagai seorang
ett
an Elice yang menyebut namanya. Sesuatu yang membuat satu tangannya dengan kuat lantas merengkuh pinggang ber
n .
e. Tapi, sepertinya itu setimpal untuk apa yang ia dapatkan selanjutnya. Berupa kulit pipi Elice yang lembu
adar untuk meredakan dahaganya saja. Dan oh, Tuhan! Sepertinya Garett yakin tidak ak
lah membakar tubuhnya. Yang membuat ia perlu menarik udara dalam-d
iapa n
lice. Hingga membuat wanita itu melenguh dan mengangkat kepala tinggi-tingg. Tak b
lice
benaknya. Mengingatnya den
yang c
jam. Kedua tangannya bergerak. Mendarat di pundak Gar
i isyarat Elice. Sejenak ia melepaskan Elice. Membiarkan jas y
an dihiasi oleh urat-urat bertonjolan itu meraih leher Elice. Menarik wajah wanita itu dan langsung
g justru bermesraan dengan pria asing. Karena astaga! Garett menyentuhnya dengan cara yang benar-benar membuat ia merasa bebas.
u kau memiliki hi
mengecup sisi hidung Elice. Menarik sekelumit geli
aku temui," ujar Garett dengan suara berat.
antik. Tapi, malam ini ... bersama dengan seorang pria asing
tak mampu mengalihkan pandangannya dari Elice selama berada di klub tadi.
untuk bisa memuaskan matanya. Memandang hidung itu semau diri
kaki Elice dengan tepat langsung melingkari pinggangnya. Ia beranjak. B
rbuka hingga memberikan kesan basah nan hanga
Gar
empat tidur itu. Membiarkan mereka memantul beberapa kali sebelum pada akhirnya Gare
ya. Bertopang pada satu siku, ia menciptakan jarak yang cukup un
an keanggunan yang membuat Garett terpaksa meneguk ludah. Ia
ak akan
tar sekali dengan malas. "Ada banyak hal
sekarang berbeda. Menghabiskan sekitar sejam dalam perbincangan pada Garett membuat ia mengambil satu kesimpulan ane
ngkas Elice. "Lebih dari itu ... bukankah ka
a di pipi Elice berhenti. Tepat ke
u masih b
ra mereka telah usai. Sekarang bukan lagi waktunya untuk berc
luap. Pria itu mencium Elice dengan cara yang tak pernah ia bayangkan
in. Selain membalas ciuman itu dengan s
nya samar dalam pemberian isyarat tanpa kata-kata. Bahwa
t wajahnya. Membuka bibirnya. Menjulurkan lidahnya. Menyapu bibir Elice de
ice tepat sebelum akhirnya lidah itu meluncur. Menyelina
ri. Menyilakan Garett untuk menginvasi mulutnya dengan j
ana. Perpaduan antara kesan hangat dan menggoda yang membuat ia tak mampu menahan di
dilanda gairah tak tertahankan. Garett membelit. Lalu melumat. Dan kemudian memangg
. Pasrah saat Garett memerangkap lidahnya. Menarik
itu merasa seluruh jiwanya turut ikut serta. Membuat ia melengkungkan tubuh. Mem
ah
skan lidah itu demi melakukan cumbuan selanjutnya.
h Garett. Dalam satu usapan panjang yang memberikan jejak basah
Elice. Dan kemudian ia mendapatkannya. Satu benda yang ketika
rkan Garett dengan cepat melepas pakaian tersebut dari tubuhnya. Hingga ia te
telah lebih dulu mengalami nasib nahas itu. Dan tentunya bukan hanya benda-benda itu ya
nya ada secarik kain berbentuk segitiga yang masih bertahan di sana. Pakaian
agi aku b
rhasil membuat fokus matanya untuk berpindah. Beralih pa
akan meny
ingin melihat. Seberapa berha
lah dua kali ia mempertanyakan apakah wanita itu akan menyesal atau tid
terkembang yang memeluknya. Jari-jari lentik itu mendarat di punggung Gare
i. Menciumnya dengan kuat dan penuh penuntutan sementara tangannya pun berg
an menyusuri tulang selangkanya yang begitu menggoda. Untuk sel
aa
mang, masih terhalang oleh bra yang ia kenakan. Tapi, sungguh. Sen
a ke sembarang arah dan tak peduli ke mana ia akan mendarat. Karena selanjutnya, Garett dengan cep
tanpa sadar. Menyilakan Garett untuk mendapatkan
hi indra perasanya. Yang mungil dan terasa begitu menggoda. Hingga lidahnya seo
gairah berputar-putar di sekitar perutn
an dan kelembutan. Berulang kali. Dalam gerakan
n yang sama dengan payudara lainnya. Dengan tangannya, ia meremas payudara Elice berulang kali.
rett. O
tanpa sadar membuka kaki dan membiarkan kelembaban samar itu menembus tipis kain c
ce .
epaskan puting itu dari dalam mulutnya. Hanya untuk memast
Elice. Lalu meremas bagian yang lainnya.
rett. K
a kewalahan dalam desakan gelora yang makin membutakan matanya. Hingga membuat ia me
rg
nannya membuat pria itu menggebu. Hingga mulutnya membuka besar. Menuruti keinginannya. Kali ini bukan
a. Baik Elice maupun Garett sama-sama tersulut dalam kobaran gel
berikut dengan miliknya pula. Dan pria itu sudah bersiap. M
menunggu. Dengan napas tertahan di d
mbawa mereka pada hidangan utama. Ia meraih kedua
tika Garett menunduk. Menyapa kewanitaannya dala
g kewanitaan Elice. Yang sudah basah dan hangat. Lebih cukup m
Merasakan manis yang ia yakin akan di
ya madu yang tak pernah ia cecap sebelumnya. Hingga menuntut dirinya untuk menjilat. Unt
aa
erpejam erat. Merasakan kehangatan itu menembus d
maka lidah itu pun langsung melancarkan semua serangannya. Memberikan tusukan sedalam ya
ngan begitu lincah mengobrak-abrik pertahanannya di bawah sana
k tetap menekuk. Untuk tetap membuka. Agar ia
membuat lenguhan Elice menjadi suara tertahan. Satu titik yang membuat kaki El
nan. Dalam tusukan. Dalam sapuan yang pada akhirny
aa
at di bawah sana. Seolah tidak ingin membiarkan Garett pergi. Tidak. T
tu, Garett merasakan bagaimana sejuta rasa manis menyapa indra perasanya. Basah dan ha
t lantas bangkit. Mendapati bagaimana kedua kaki Elice kemudian yang langsung terjatuh
ikir bahwa semuanya sudah
ludah. Dan tak punya waktu lama untuk menarik napas k
tak berdaya. Terhimpit tak mampu bergerak di atas kasur yang e
da
pat ketika ia merasakan kejantanan Garett memasuki dirinya dan ia seolah m
tnya. Dengan teramat sengaja memberikan waktu unt
ia tanpa sadar meringis samar. Tapi, waktu yang
menarik pinggangnya. Hanya untuk mendorong kembali. Hanya untuk memb
..
asuki dirinya. Ia merengkuh tubuh Garett. Dengan kuat. Mema
asuk di diri Elice. Tanpa adda egois sama sekali. Ia layaknya ingin memastikan bahwa
a sekat. Kulit yang liat berkat keringat saling bergesekan.
lice. Mendaratkan tungkai jenjang itu di atas pinggangnya. Agar ia
oh ...
a mendapati bagaimana kejantanan itu meluncur semakin laju di dalam kewanitaannya. H
ett ....
n amat kuat. Mempertahankan posisi wanita itu den
rgerak tanpa ada jeda sama sekali. Hin
nggigit bibir bawahnya sekuat mungkin. Tak berdaya ketika hu
. Terperangkap dalam ras
tu, ia bahkan seperti tak menemukan udara. Di mana-mana h
ret
atu hunjaman Garett membuat ia terhempas kembali. Membuat ia terlempar dalam
erpa Elice membuat ia tak mampu bernapas lagi. Lantaran s
rasakan, Garett mendapati bagaimana ada remasan sensual yang terasa memijat kejan
abi buta. Pinggangnya berg
dan m
r dan
makin lama makin membuat pria itu menggertakkan rahang. Dan ketika kuku-
apati Garett semakin gencar menghunjamnya,
rinya yang lagi-lagi terperangkap. Layaknya buruan yang baru saja terbebas hanya unt
t. Membiarkan kuku-kukunya menancap di
ah ...
tubuh ramping itu semakin tenggelam dalam jajahannya. Teramat erat. Hingga n
pasrah dalam gelombang gairah yang saat itu melanda keduanya. Garet
jantanannya sedalam mungkin. Untuk terperosok dan t
nti. Elice tak mampu berbuat apa-apa selain menyerah kembali. Pada
aa
k. Ia pecah. Terurai menjadi keping-keping yang lantas berterbangan
i apa-apa di sekelilingnya, kecuali satu. Yaitu kege
a, ia menggeram. Ia menekan Elice. Dan ia menghunjam dengan beg
ergetar. Yang membuat dirinya terperas habis tanpa sisa. Yang membuat dirinya lenyap dalam kebutaan yang menggelapkan mata.
mbung