MUTIARA LEMBAH HITAM
talah yang akan mendewasakan kita. Namun nyatanya cinta kerap membuat manusia dewasa b
karena Raga bera
engorbanan. Kini kamu mau belagak hebat di depanku, hah?
atkan kebencian. Namun ia berusaha mengabaikan dan tidak ma
selingkuhan, Papa. Papa sudah menyakiti
n anak kecil lagi, yang bisa Papa atur sesuka hati." Ia berusaha menahan diri untuk tidak mel
pikir diri kamu siapa? Beran
tak mau terpancing emosi menghadapi sang ay
Mama tahu Papa ternyata penyuka
ebih seperti orang yang m
uh status. Jadi istri Pram yang hebat." Pram terus mengoceh yang membuat Raga terkaget keget dengan pengakuan
ia tidak mencintai aku. Dia punya pacar. Eh, apa kau tak tahu itu?" Pram hendak men
numnya. Papa su
apa kamu tentang cinta?" Ucapannya s
u menghalangi kebahagiaannku!" Ia bermaks
ipun ada perasaan bersalah, namun ucapan dan penampilan Pram yang tidak
k malu berbuat begini hanya karena wanita
aga yang mencengkeram tanga
kan," ucapnya pelan. Entah siapa
erpejam. Nafasnya tersengal-sengal. Tiba-tiba rasa kasihan menyelinap di sudut hat
untuk Mama." Ia membatin sambil membereskan
lah akibat alkohol. Tidak sekali dua kali Pram berbuat kasar pada Ibu dan dirinya. Kadang Pram melontarkan kata-kata jahat dan
lkohol. Sejak itu, Raga tak pernah lagi melihat Pram mabuk d
angka pertemuan Pram dengan Susan bis
adapi masalah besar. Rupanya kalian memang memiliki masa lalu ya
ngah terhanyut dalam kenangan cinta m
dengan pikiran campur aduk. "Apa iya cinta Papa pada Ibu Nesa sebegitu besar hingga membuat dia kembali
yang membuat Papa dul
demikian dalam, apa mungkin Nesa benar anak Papa?" Raga merasakan bulu
k mungkin Nesa anak Papa. Nesa bisa jadi anak s
ya bolak balik menyangkal, tapi pada saa
, apa mungkin Nesa berkata yang sebenarnya? Apa dia sudah mengetahui semua ini?
Nesa?" Ia memandangi Pram yang
akan menikahinya meskipu
nya itu, tapi sekuat tenaga Raga menahan diri a
kan ia dipaksa menikahi Vita yang sedang hamil. "
empurna, memiliki kekasih dan hamil sebelum nikah?" Raga setengah tak percaya dengan ucapan Pram
ku," lirihnya deng
ampak begitu tenang, seperti tak pernah ada gejolak. Semua itu bukan
apa yang haru
ga meninggalkan kamar penthouse yang
ku urus!" Ia melangk
*