MUTIARA LEMBAH HITAM
leh menikah. Kal
itu lebih lama. Dengan perasaan campur aduk dan wajah tegang, ia menatap putrinya
kah. Ia tak boleh memberi me
m mengutuk dirinya. Setan akan berpesta pora menyaksikan
k boleh
saja ia bisa memutar waktu dan boleh memilih takdir sendiri
yang terus menyisakan kepedihan dan
itu terus mengikuti. Tak cukup menghukum diri
ringat yang jatu
us dengan Raga. Tak peduli sebesar a
bercanda. Ia anak tunggal. Ia tidak memiliki saudara. Ia berusia dua puluh tujuh tahun, dan tak pernah mengenal Raga
at dan meraih tangan Susan.
eka keringat. Padahal mereka berada di rua
tidak boleh meni
. Ya. Ibu pasti salah. Ta
sebelumnya Ibu tidak pernah mempermasalahkan. Kenapa tiba-tiba bicara begini? Apa maksud Ibu?" Nesa menatap Susan dengan nanar.
iba. Namun ia harus tegas. Pernik
kakak
tiba ia jadi kakakku? Lelucon apa ini
apa pun pada kamu. Pokoknya
akkan dan dibiarkan menderita, sementara Ibu bersenang-senang. Kini Ibu masih belum puas juga. Masih ingin menghalangi kebahagiaanku satu-satunya. Apa sebenarnya maumu, Bu?
skipun sangat ingin menahan diri, namun kemarahan itu meled
uga tidak terima Ibu semena-mena begini. Sudah cukup penderitaanku, Bu.
pendingin ruangan pada suhu delapan belas derajat tak mampu me
g tatap dengan
elaskan mengapa ibu
n. Pokoknya dia kakak kamu. Kamu
an dengan laki-laki yang aku cintai hanya karena Ibu bilang ka
eram dengan ke
tar. Cerdas. Makanya kamu jadi pengacara. Tapi
tidak punya kakak. Aku b
erdiri dan hendak berjalan keluar. Ia tak mau
depan pintu, menghadang Sus
skan,
arus memutuskan hubungan
Nesa dan berlalu m
sangat ia cintai. Hatinya sakit setiap kali ingat laki-laki itu. Di dunianya yang gelap, Pram pernah membawa setitik cahaya teran
a sepertinya tak lebih dari sekedar pelepas dahaga di saat haus melanda. Bak seonggok sampah,
sa dan Raga membuat ia kembali bertemu Pram. Bagai disambar pe
ain dengan nasibku dan nasib an
Jiwanya terluka. Semua terlalu berat untuk ia terima. Kata-kata Susan bagai godam yang menghantam
ngan, namun kepala
n mengatakan Raga kakaknya sungguh tak masuk akal. Laki-laki itu satu-satunya pria yang pernah singgah di hatinya. Ia ba
normal. Ia tak pernah mengenal ayah. Ia hanya tahu begitu banyak om-om teman ibu yang datang ke rumah. Mereka bergantian
ng keras membela diri saat teman Susan mendobrak pintu kamarnya yang tertutup rapat. Tubuhnya selalu merinding jika ingat s
p itu, dan mencoba membuka hati untuk seorang pr
sedang kau maink
*