MUTIARA LEMBAH HITAM
pahanya. Ia tatap mata indah Nesa dengan pandangan penuh
aat mendekati hari pernikahan, memang bakal ada berjuta godaan yang datang untuk menguji kesungguhan dan niat kita. Jika kalah, semua bubar. Makanya kamu harus kuat
kin itu. Sebagaimana aku juga sangat yakin
t membela perusahaan serta kiprahnya di pengadilan membuat Raga menaruh respek padanya. Ia tak seperti gadis-gadis lain yang hanya meng
kerap tampil layaknya gadis kecil yang manja. Kegarangannya di pengadilan seperti hilang ent
ri agar membuat Nesa tetap berpakaian lengkap saat bersamanya. Matanya yang bening dengan bibir mere
a yang kini memejamkan mata di atas pahanya. "Kamu akan menja
jahnya ke wajah Nesa dan mengecup
aan dengan Raga. Pikirannya sedang gundah. Ia masi
n memandang Raga yang saat itu juga tengah menatapnya. Terlalu banyak yang har
?" Tiba-tiba Nesa bertany
itu benar-benar tidak masuk akal. Gak perlu kamu resah soal itu. Lagian, kalau pun benar kamu adikku, a
kan mata. "Ng
ama kamu. Jadi gak us
Mas.
h. Konyol, tau!" Raga mengusap gemas rambut Nesa. "Ka
ncium bibir Raga dengan beringas. Raga tersentak kaget, tidak menyangka Nesa akan menyerangnya
ara tiba-tiba Nesa menghentikan serangannya dan menjauhkan diri dari Raga. Kembali Raga
mu bener-benar bikin aku gila, Babe."
a lama-lama seperti ini." Ia memegang pipi Ne
ta akan menikah. Ia meyakinkan Nesa sebagaimana ia pun sangat yakin past
sebagaimana saat ia menjalin hubungan d
pernah bilang lagi kamu adikku, karena kamu calon istriku, calon ibu dari anak-anakku." Ia berbisik
*
ebuah kotak kenangan pemberian Susan sebelum ia diserahkan pada Om Beno dan Tante
sejarah tentang kamu." Demikian Susan du
Ia pernah bertanya, ta
menulis sedari kelas enam SD. Semua kegundahan dan kesedihan ia tumpahkan dalam buku hariannya. Sayang hanya tersisa dua diary yang bisa ia bawa pindah ke apartemennya. Beberapa
erjadi?" lirihnya seraya membongkar isi
Sejenak ia tercenung. "Apa mungkin ada dokumen atau foto ayah di dalam san
nya. "Apa mungkin Pram, ayah Raga itu adalah ayahku juga? Tapi itu terlalu berlebihan. Mana mungki
alu mulai memeriksa dan membaca setiap kertas yang tersimpan di dalamnya. Setiap
sebut. Tiba-tiba ia melihat sebuah foto usang. Susan tengah menggendong seorang bayi di dampingi se
ika laki-laki bule ini ayahku, apa hubungannya dengan Raga?" Ia merasa pusing
periksa, namun tak ada yang mengaitkan Susan dengan ayah Raga. Lelah, ia me
menebak-nebak apa maksudnya." Ia memutuskan sejenak memejamkan mata. Har
enemui ibu di ruma
saat tinggal dengan Susan dan sekian banyak laki-laki yang sering keluar masuk kamar Ibunya, menari-nari di kepalanya. Lalu, ba
uh hidupnya untuk mengurus Nesa sejak bayi hingga usia delapan tahun. Nenek yang senantiasa berlinang air mata setiap bercerita tentang Susan, anak satu-satunya
liki keberanian untuk terus bertahan dan berjuang untuk mew
h baik. Jangan seperti Ibu kamu yang menyia-nyiakan masa muda de
dangan matanya menerawang jauh. Kala itu Nesa tidak paham apa yang dibicarakann
sa memilih cara yang lebih baik. Bahkan untuk bisa sekolah, aku harus berkorban dengan jalan yang tak ak
ri jerih payah hahal seperti yang Nenek inginkan, tetap harus menebus semuanya dengan harga yang teramat sang
ja waktu bisa
*