Tapal Batas
08 Oktob
r saja belum jua menampakkan batang hidungnya dan rembulan masih saja gagah be
n becak roda tiganya tengah membantu Amanah
atuh," dengan penuh kehati-hatian Pak Budi
uh sakit," teriak Aman
dan kain siwek sejenis sarung untuk wanita lal
bu bidan," pinta Mas Kas agar Pak Budi
arah kepala becak Pak Budi perlahan
deras seiring kayuhan pedal becak oleh Pak Budi. Becak terus me
juang nantinya. Membela arah jalan lurus kebenaran dalam naungan panji hitam Rasullalah dan dalam sisi baik da
l terus memegang perut dan punggungnya. Hujan semakin deras dan angin mul
lon anak kami," doa tengadah kedua tangan Mas Kas tertetes air hujan
lahan Pak Budi yang seusia 50 tahun tapi masih kekar dan kuat menopang becak yang di mana di da
anah yang bersandar pada pundaknya. Teramat tak tega tampak dari ra
mi, Engkau adalah pemilik keputusan takdir, dengan harapan yang sangat tinggi dari pertanda alam ini. S
agak besar rumah dari Ibu Bidan. Di mana beliau sudah menu
cepat," teriak Ibu Bidan ikut membantu Mas Kas menurunkan Amanah
tu resah, risau dan gelisah di depan pintu. Sebentar-sebentar ia berjalan ke kanan dan ke kiri
yang tengah menanti anak pertamanya. Seakan begitu pani
pertama Mas Kas dan istri akan selamat juga," ucap P
ali aku menjalaninya," kata Mas Kas ikut duduk di ata
saja ke rumah ya Nak," Pak Budi kembali pulang dengan kayuhan becaknya menjauh dari
in membuat gusar hati Mas Kas. Ia begitu mencintai istrinya sehingga ia
erus menghisab per batang rokok di tangannya, karena hanya per batang rokok yan
gi ini. Yakni segelas kopi dan per batang rokok namun kali ini hanya rokok yang t
i dinding terus masuk menuju gendang. Seakan angin dingin sepoi-sepoi menari b
ga menanti kelahiran si buah hati anak pertama. Tiba-tiba terlelap dala
g bersalin. Di dalam ruangan bersalin Amanah yang tengah berjuang antara
dalam usahanya seakan ada angin membisik di telinga lembut dan bersuara lirih
mu bisa terancam dan bayimu bisa ikut terancam tak melihat dunia, Ndok Bangun Ndok," teriak Ibu Bidan
idan tentang terlelapnya Amanah dalam kontraksi bertaruh nyawa dalam usaha m
berkata, "Anakmu tidak boleh lahir di dunia, kalau ia terlahir bisa terancam jiwa kami para makhluk gaib di kawasan
ngin terbangun lalu sebuah bayangan seorang kakek berjubah putih membawa tongkat put
egas masuk ke dalam ruang bersalin untuk
r Dek ingat anak kita Dek Amanah Bangun, Dek!" teria
ah tersadar dengan hembus
Amanah tanpa sepengetahuan Ibu Bidan yang terheran-hera
k aku enggak tahu keluarnya ini bayi aneh," ucap Ibu Bidan menggendong
n sebelumnya di balut kain agar tak keding
Diberi nama siapa anak lelakimu ini Mas Kas dan sekarang sud
agus Effendik," ucap Mas Kas seraya mulai melantunkan kumandang azan di telinga kana