icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tapal Batas

Bab 4 8 Oktober

Jumlah Kata:1253    |    Dirilis Pada: 18/12/2021

08 Oktob

r saja belum jua menampakkan batang hidungnya dan rembulan masih saja gagah be

n becak roda tiganya tengah membantu Amanah

atuh," dengan penuh kehati-hatian Pak Budi

uh sakit," teriak Aman

dan kain siwek sejenis sarung untuk wanita lal

bu bidan," pinta Mas Kas agar Pak Budi

arah kepala becak Pak Budi perlahan

deras seiring kayuhan pedal becak oleh Pak Budi. Becak terus me

juang nantinya. Membela arah jalan lurus kebenaran dalam naungan panji hitam Rasullalah dan dalam sisi baik da

l terus memegang perut dan punggungnya. Hujan semakin deras dan angin mul

lon anak kami," doa tengadah kedua tangan Mas Kas tertetes air hujan

lahan Pak Budi yang seusia 50 tahun tapi masih kekar dan kuat menopang becak yang di mana di da

anah yang bersandar pada pundaknya. Teramat tak tega tampak dari ra

mi, Engkau adalah pemilik keputusan takdir, dengan harapan yang sangat tinggi dari pertanda alam ini. S

agak besar rumah dari Ibu Bidan. Di mana beliau sudah menu

cepat," teriak Ibu Bidan ikut membantu Mas Kas menurunkan Amanah

tu resah, risau dan gelisah di depan pintu. Sebentar-sebentar ia berjalan ke kanan dan ke kiri

yang tengah menanti anak pertamanya. Seakan begitu pani

pertama Mas Kas dan istri akan selamat juga," ucap P

ali aku menjalaninya," kata Mas Kas ikut duduk di ata

saja ke rumah ya Nak," Pak Budi kembali pulang dengan kayuhan becaknya menjauh dari

in membuat gusar hati Mas Kas. Ia begitu mencintai istrinya sehingga ia

erus menghisab per batang rokok di tangannya, karena hanya per batang rokok yan

gi ini. Yakni segelas kopi dan per batang rokok namun kali ini hanya rokok yang t

i dinding terus masuk menuju gendang. Seakan angin dingin sepoi-sepoi menari b

ga menanti kelahiran si buah hati anak pertama. Tiba-tiba terlelap dala

g bersalin. Di dalam ruangan bersalin Amanah yang tengah berjuang antara

dalam usahanya seakan ada angin membisik di telinga lembut dan bersuara lirih

mu bisa terancam dan bayimu bisa ikut terancam tak melihat dunia, Ndok Bangun Ndok," teriak Ibu Bidan

idan tentang terlelapnya Amanah dalam kontraksi bertaruh nyawa dalam usaha m

berkata, "Anakmu tidak boleh lahir di dunia, kalau ia terlahir bisa terancam jiwa kami para makhluk gaib di kawasan

ngin terbangun lalu sebuah bayangan seorang kakek berjubah putih membawa tongkat put

egas masuk ke dalam ruang bersalin untuk

r Dek ingat anak kita Dek Amanah Bangun, Dek!" teria

ah tersadar dengan hembus

Amanah tanpa sepengetahuan Ibu Bidan yang terheran-hera

k aku enggak tahu keluarnya ini bayi aneh," ucap Ibu Bidan menggendong

n sebelumnya di balut kain agar tak keding

Diberi nama siapa anak lelakimu ini Mas Kas dan sekarang sud

agus Effendik," ucap Mas Kas seraya mulai melantunkan kumandang azan di telinga kana

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka