icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tapal Batas

Tapal Batas

icon

Bab 1 Mengenang Kisah Effendik Kecil

Jumlah Kata:1136    |    Dirilis Pada: 18/12/2021

unyian angin yang masuk merambat melewati jendela ventilas

li mengalir kini terasa menyejukkan hati. Aku dan ruangan dapur s

i pembawa pesan kematian berkoar menikmati suguhan orkestra yang dibuat oleh alam perdesaan

ek, k

ng disebut seduhan terpaut wangi sari pati di tangan kananku. Perlahan kuhirup sajian yang dised

pernah meracau lagi seluruh badan mulai teratur mengikuti in

gembok dan kunci kuraih sebatang serta kusulut saat menempel di muka bibir. Sekali hirup dan sekali

dang memandang masa depan yang mungkin terang, yang mungkin kelam entah yang

pori pipi. Sebab hari ini adikku Nuriva yang sudah sarjana kini sudah bekerja kemarin telah membantu ikut menutup hutang-hutang bapak

h ucapan yang meluncur dari bibirnya yang sema

dengan syukur Allah telah menghadirkan kebahagiaan kepada keluarga kami. Setelah bertahun-tahun ka

dengan penuh kehati-hatian. Dengan penuh perhitungan dan

telah menerimaku sebagai santri ada cahaya harapan di langkahku kali ini. Kembali terus dan kuulang terus

id 19 masih terus berjalan dan entah kapan berhenti. Setidaknya kami masih dibe

at ibu sedang duduk bersimpuh di atas kursi panjang saksi bisu perpisahanku bersama Jingga enam tahun yang lalu. Dan ib

sih diberi senyum di setiap wajah kami. Setelah melalui setiap malam dengan kengerian yang begitu ngeri tak terbayang betap

arga bersiasat untuk membunuh kami. Mungk

dua buah daun jendela yang sama enam atau tujuh tahun yang lalu.

an hitam yang tak selamanya menjadi sebuah sampah tapi terkadang bisa menjadi sebuah lembar bu

bali sebuah kata jodoh sebenar-benarnya jodoh dari langit pilihan Gusti pinariy

untukku belum jua kelihatan. Tetap aku terus bersabar karena itu memang se

ada bertepi walau tiada pasti tapi sungguh keyakinan di sanubari ber

n dalam pedih bertahun-tahun yakni bukan mencari yang baik agar ikut men

ihah yang di berikan untukku dalam penantian ini. Aku yakin suatu saat nanti aku di pertemukan sebuah gadis berhati bid

dan tangan mungil yang meraih peci bapak pada sebuah pigura foto yang

kejamnya tipu-tipu dunia. Dia Si Effendik kecil yang dengan riang

masih dalam timang-timang ibu dan masih merengek minta ini d

l cikal bakal Bagus Effendik terbentuk seperti sekarang ini dengan tega

besar gunung jua akanku hantam jua bila itu menghadang di

ka pintu almari kamarku. Meniup debu sedikit yang menem

uku. Bersanding dengan seorang lelaki gagah bergaya bak roma irama masa muda dengan baju kemeja rapi di

menanti anak pertamanya terlahir dialah bapakku saat masih muda begitu rupawan. Kisah Si

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka