Bangkit dari Kematian Palsuku
lia
Mahendra. Dia menunduk, bibirnya bergetar. "Aku... aku se
lester, menempelkannya dengan hati-hati di jari kakiku. "J
ga, mencium pipiku. "Aku akan memeriksa Ki
ku di sini. Jika ada apa
il kotak P3
berdesir di luar jendela. Beberapa menit berlalu.
Keboh
at, lalu menghilang. Aku seharusnya
tertatih-tatih menuju mobil bala
a-tanda akan hujan. Aku harus
mobil. Tiba-ti
ndela yang tidak tertutup rapat
bayangan yang tumpang tin
ke kursi pengemudi. Jarin
tanya Mahendra,
anya berkilat penuh godaan. "Tidak sakit, Mas. Maafka
ua adalah jantung hatiku." Dia meremas pinggang Kiana, suaranya se
engal, dia memel
ta itu, menusuk hatiku. Aku me