Bangkit dari Kematian Palsuku
lia
berlutut. Dadaku terasa kosong, seperti dicungkil paks
Mahendra, seperti anak kecil yang menunggu pujian, menatapku
Mobil balapku! Satu-satunya hal yang paling berharga bagi
ak peduli betapa tampannya dia, betapa dia memba
tertinggiku, Mas. Aku ingin
akaiannya, lalu mengangkat tiga jari, bersumpah. "Aku bersumpah, aku akan selalu m
atu di telingaku. Pa
u percaya dia adalah sa
kan ini. Dia mengotori se
mobil yang tergenggam di tanganku,
ka tidak menyadariku. Mereka terlal
mirip tangisan. Aku menggigit buku jari
. Kaca jendela mo
a. Lalu, aku membungkuk, mengambil kunci mo
na
ia berjalan pergi melalui kaca spion.
lia
an
istirahat. Aku masih duduk di
k kerah bajunya, lalu berlutut
kas merah yang baru. Aku
ongku. Aku memegang dinding, ber
penumpang. Kiana sudah d
a ternyata mendaftar untuk balapan ke