Satu Malam Dengan Adik Ipar
ala sesuatu dengan penuh harapan. Ia ingin membuat malam ini spesial-untuk mereka, untuk cinta mereka yang sudah tumbuh dan berkembang selama ini. Semua detil
unggu-tunggu tak
dadanya. Ia mengirimkan pesan singkat kepada Arman: "Kapan kamu pulang? Aku menunggumu." Tapi balasa
terakhir: ketidakpastian. Arman, suaminya, yang selama ini selalu ada untuknya, kini sepertinya begitu jauh. Rasanya seperti ada tembok tak terlihat yang menghalangi mereka berdua. Dia
sa dia ceritakan padanya. Rani mencoba menenangkan diri, merapikan gaun tidur yang sudah ia kenakan sejak tadi sore. Ia menatap dirinya di cermin, melihat ba
ncoba meyakinkan diri sendiri. Namun, setiap detik
nya pun mulai lemas, namun dia enggan untuk tidur. Tidak, dia harus menunggu. Ini malam mereka, dan ia ingin membuat semua
iasa. Badannya terbaring di atas kasur yang terasa lembut, jauh lebih empuk daripada sofa tempat ia sebelumnya t
an Rafka, adik Arman yang selama ini sering datang untuk mengunjungi mereka. Rafka-pria muda yang selalu ramah dan pe
ni keluar serak,
Namun, begitu melihat Rani yang tampak sangat bingung dan panik, ia segera duduk, menatap Rani dengan wajah penuh kekhawatiran. "Aku... aku
ruangan yang tampak familiar, namun ada sesuatu yang terasa aneh. Dia mencoba mengingat-ingat, men
rap itu adalah Arman. Tapi, yang muncul justru sebuah pesan singkat yang memb, membuatnya terengah-engah. Kenapa? Kenapa Arman tidak ada di sini saat ia sangat mengharapkannya? Kenapa dia malah mengirimkan
suaranya lembut, namun Rani bisa merasakan ketegangan di sana. "Aku... Aku pikir a
ang salah. Mungkin aku juga terlalu lelah." Namun dalam hati, Rani merasa sesuatu yang lebih dalam. Sebuah perasaan yang tak bisa ia bantah. Rafka, de
ya berada di sisinya kini jauh di luar sana, dan dia malah terbangun dengan Rafka, adik Arman, ya
i, berusaha menjauh dari keheningan yang berat di
i beranjak, ia merasa seolah ada tembok tak terlihat yang membatasi mereka berdua, mes
u banyak pertanyaan yang tak bisa ia jawab, dan kebingungannya semakin dalam seiri
ang tak bisa ia pahami. Namun satu hal yang pasti: malam i