Satu Malam Dengan Adik Ipar
erbangun lebih awal, matanya terasa berat, dan setiap langkah yang diambil terasa lebih lambat dari biasany
mereka telah berubah dalam semalam. Rani menatap cermin di depan ranjang, melihat dirinya yang terbangun d
Kenapa hanya Rafka yang ada, yang tidur di tempat yang seharusnya diisi oleh sua
ut. Dengan ragu, ia mengangkatnya. Itu Arman. Pesan singkat y
tidak bisa pulang. Ada u
ayar ponsel dengan perasaan yang tak terlukiskan. "Urusan penting?" bisiknya pelan, tanpa suara, hanya gumam
gkir kopi di tangannya. Wajahnya tampak lelah, seakan juga tidak tahu bagaimana harus bertindak setelah kejadian malam itu. Begitu mereka bertemu
gubah suasana yang berat. "Aku... aku ingin minta maaf lagi te
yang mengikis sedikit demi sedikit. Kejadian itu sudah terjadi, dan ia tidak ingin membahasnya lagi. Namun, meskipun Rafka tidak melakukan kesalahan, a
sakan kemarin malam terasa seperti bayangan yang terus mengikutinya. Ia mencintai Arman, pria yang sudah ia nikahi tiga tahun yang la
membaca ekspresi wajahnya, mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam pikirannya. Rani m
ya Rafka dengan hati-hati, suara penuh k
terdengar lemah, seolah-olah kata-kata itu sudah terlalu berat untuk diucapkan. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Arman... d
hnya. "Rani, aku... aku tahu kamu sangat mencintainya. Aku bisa melihat itu.
cukup dalam. "Aku... aku tak tahu apakah aku bisa terus bertahan seperti ini, Rafka. Setiap hari, aku merasa seperti... se
Rani meremas tisu yang ada di dekatnya, mencoba menghapus air mata itu, namun gagal. Sebuah per
memberikan kehadirannya sebagai pelipur lara. Dalam diam, ia menyaksikan Rani yang menangis, merasa sebua
akukan sesuatu untuk menghiburnya, tapi tidak tahu bagaimana. Ia hanya tahu
ngkan. "Aku tahu kamu mencintai Arman. Tapi kamu juga berhak bahagia, kamu be
k, kebingungan, dan sedikit rasa takut mulai mengisi ruang kosong yang semula dipenuhi oleh cinta kepada Arman. "Aku... aku tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
yang terletak di meja makan. Sentuhan itu begitu lembut, namun terasa begitu kuat. Ra
penuh empati. "Kadang, kita harus memilih untuk melangkah meski tak
duga muncul. Sesuatu yang lebih dari sekadar kebingungan, lebih dari sek
an. Seolah-olah dunia di sekelilingnya mendadak berhenti, dan Rafka menjadi satu-satunya
saat, ia ingin berhenti memikirkan semuanya dan membiarkan dirinya merasa a