Satu Malam Dengan Adik Ipar
Arman, suaminya, selalu pulang larut malam dengan alasan yang semakin tidak jelas. Setiap kali mereka berbicara, percakapan mereka terasa s
a mulai terasa terkoyak. Tapi semakin lama, semakin ia merasa bahwa ia tidak lagi mengenal Arman. Pria yang dulu be
ahwa itu hanyalah alasan semata. Arman tidak pernah berbicara tentang pekerjaannya sebanyak ini sebelumnya. Ada yang disembunyikan, dan Rani merasa seperti berada di luar pern
i seperti dulu?" gumamnya pelan
yaksikan Rani yang terpuruk dalam kesendirian. Rani menoleh, dan melihat Rafka dengan tatapan penuh kekhaw
ngan lembut. "Aku tahu kamu terluk
sedang berbicara dengan dinding," jawabnya, suaranya hampir pecah. "Arman sudah tidak ada di sini. Bahka
lam di hati wanita itu. Rani adalah seseorang yang kuat, selalu menjaga dirinya sendiri, tetapi sekarang, Rafka bisa
aranya bergetar. "Kamu tidak sendirian, Ran
ak tahu bagaimana harus merasa. Rasanya semua yang aku percayai hancur begitu saja." Matany
jarang belakangan ini. Di dalam pelukannya, Rani merasa aman, seolah ada sesuatu yang bisa ia pegang meskipun dunia di seki
ra serak. "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali ke keh
g sempurna, Rani. Kita semua pernah terluka. Tapi kamu tidak bisa membiarkan ras
terluka merasa sedikit lebih tenang, meskipun ada sesuatu yang lebih mendalam yang perlahan-lahan tumbuh di dalam dirinya. Sebuah perasaan yang semakin kuat, semaki
egala kebaikannya, mulai memenuhi kekosongan yang selama ini ia rasakan. Rani ingin percaya bahwa ini hanya rasa terima kasih, r
ani, aku... aku tahu ini mungkin sulit untukmu, tapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada
unyikan kini mulai meluap, tak lagi bisa ia tahan. Tangan Rani gemetar saat ia meraih tangan Rafka, meme
.. aku merasa seperti... aku tidak bisa hidup tanpa ada kamu di sampingku," ucap Rani dengan suara yang hampir tak terdengar, matany
nci. Ia tahu apa yang dirasakannya terhadap Rani, tetapi ia tidak ingin membuat keadaan semakin rumit. Namun, saat ia mel
n perasaan yang dalam. "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku
Rani menatap Rafka, dan dalam sekejap, semua yang ia rasakan pun meledak. Cinta itu bukan hanya perasaan yang muncul begitu saja. Cinta itu adalah kesa
apakah ini adalah jalan yang benar, atau justru jalan menuju kehancuran. Tetapi, untuk pertama kalinya setelah
an air mata. "Aku... aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. T
gitu kacau, dan begitu penuh dengan emosi yang tak terungkapkan. Cinta yang terlarang, cinta yang muncul di tengah peng
. Dan itu adalah jalan yang penuh dengan resiko, pen