Satu Malam Dengan Adik Ipar
a jauh dari dunia yang dulu ia kenal. Setiap kali ia berusaha untuk berpikir jernih, perasaan yang bergejolak dalam dirinya membuat semuanya semakin kabur. Cinta yang i
ayang-bayang dalam hidup suaminya. Ia menyesal telah mengungkapkan perasaannya kepada Rafka, namun di sisi lain, ia juga tahu bahwa itu adalah satu-satunya hal yang membuatnya merasa hidup kemba
bunyikan kekacauan yang ada di dalam dirinya. Namun, tatapan Arman yang kosong, yang tidak lagi mencerminkan
akan tanpa sedikit pun menunjukkan tanda-tanda pen
ak. Ia ingin mengatakan sesuatu, apapun, untuk membuka pembicaraan yang selama
yang membatasi mereka. Rani merasa begitu jauh dari suaminya, seolah mereka sudah tidak lagi berbagi dunia yang sama. Ia
Kamu pulang terlambat lagi. Kamu... tidak ingin berbicara
uar jendela. "Aku hanya sibuk, Rani. Kamu tahu itu," jawabny
itutupi lagi. "Tapi ini bukan tentang pekerjaan, Arman," kata Rani, suaranya semakin menguat, meskipun perasaan cemas menyelimutinya
eja. "Kamu terlalu banyak berpikir, Rani," katanya dengan nada yang semakin dingi
ucapkan terasa terhambat oleh rasa sakit yang mencekam ha
Aku tidak punya waktu untuk ini sekarang, R
engalir tanpa bisa ia tahan. Ia tahu, di kedalaman hatinya, perasaan itu sudah lama ada. Cinta yang dulu ada di antara mereka telah me
ra menjadi lebih berat setiap kali ia mencoba bernapas. Ia memandang sekeliling, merasakan ketenangan taman yang indah, meskipun hatin
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka, hanya keheningan yang mengisi ruang antara mereka. Rani merasakan ada
hawatir. "Aku tahu kamu terluka, aku tahu kamu sedang bingung, tapi aku ingin kamu
tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Rafka," jawabnya dengan suara serak. "Aku merasa seperti aku sudah ke
mu tidak sendirian, Rani. Jangan biarkan perasaan ini menguasaimu. Aku ada di sin
in membebani dadanya. "Tapi aku takut, Rafka. Aku takut perasaa
a mengendalikan perasaan kita, Rani. Tapi itu tidak berarti kita harus menghentikannya. Aku tidak bisa
dai yang datang dengan begitu mendalam, membuat segalanya menjadi lebih kacau. Rani menatap Rafka dengan tatapan penuh kebingungan, tapi dalam hati, ada sebuah peras
ini," ucap Rani dengan suara yang hampir hilang. "Aku ti
hu kita berdua sedang berada di persimpangan yang sulit. Tapi aku ingin kamu t
semakin tak terbendung-perasaan yang begitu kuat untuk Rafka, yang semakin dalam. Namun, apakah itu cukup untuk mengubah segalanya? Apakah ia bisa m
ngan pengkhianatan dan ketidakpastian, dan dunia yang terbuka di hadapannya, dunia