Ketika Suami Tak Lagi Peduli
dan gawainya di ruang tamu. Sesekali kudengar dia berdecap seperti kesal
dam kemarahan karena aku tidak berhasil membuat Mas Yoga mengakui per
an Ibu. Kuambil satu bantal yang tersisa lalu kutepuk perlahan supaya terasa lebih nyaman. Setelah merebahkan diri, aku menghadap ke dinding seraya
tu, tapi tetap saja aku tidak dapat terlelap. Yang kubutuhkan saat ini adalah udara segar dan din
makai alas kaki supaya bisa bersentuhan langsung dengan ubin. Berharap rasa ding
ulihat pertama kali adalah ruang tamu. Selama Ibu masih menginap disini, ruang tamu selalu dipergunakan Mas Yoga sebagai tempatnya t
seluruh sudut ruangan. Mas Yoga memang tidak ada. Pencarianku terhen
di teras depan sambil memegang ponsel. Dari gerakan bibirnya, sudah jelas dia sedang ber
pun menempelkan daun telingaku di kaca jendela. Aku yakin bi
g lima juta. Kamu bisa pilih sendiri laptop mana y
kali, bahkan ia tidak mau mencicil hutang kepada Ibu. Lalu mengapa dia berani menjanjikan uang lima juta kepada Dia
ng. Tidak, kali ini aku tidak boleh tinggal diam.
pintu. Kulihat bibirnya memucat. Ekspresinya sama
tutur Mas Yoga menutup obrolannya dengan sang adik. Tangannya
hat Mas Yoga kikuk menghadapiku sehingga
masuk, Mas, ada yang ingin
as Yoga mengikutiku dari belakang. Aku menunggunya mengunci pin
Dan kenapa Mas menerima telponnya di teras buka
r, pertanda ia tidak su
alam hari, makanya dia menelponku. Dan aku keluar s
untuk Dian. Buat apa Mas? Kita sendiri serba kekurang
ang sambil melayangkan
elikannya? Jangan pernah melarangku untuk menolong adikku sendiri. Kepentingan Dian jauh lebih mendesak
a. Bahkan tidak ada rasa sungkan sama sekali. Yang dipikirkan Mas Yoga hanyalah adiknya, keluarganya sen
na? Kemarin saja Mas cuci tangan terhadap
urusanku, kamu tidak usah ikut campur. Lagipu
u tidak boleh gentar padanya lagi. Bila aku teru
ok pagi Mas izin setengah hari. Urus ATM Mas yang hilang ke kanto
tuh telinganya sendiri dengan tangan kanan sambil membasahi bib
eselip di buku agenda yang aku simpan di meja kanto
as? Biar aku yang me
kamu menyimpannya karena A
hi karena meraguka
a kenapa
kali jadi keblokir," tutur Ma
lalu sekarang terblo
gedikkan bahu. Rupanya dia masih menganggapku wa
ayai perkataannya. Aku harus bersikap cerd
ung ke bank saja, tidak
engurus Zidan? Dia pasti rewel," cegah Mas Yoga. Dia mengg
olong Ibu untuk menjaga Zidan sampai urusan kita