Ketika Suami Tak Lagi Peduli
ali tidak memberiku uang sebagai pegangan. Alasannya karena Mas Yoga sendiri yang bisa m
engalah. Sejak saat itu kami selalu memiliki alasan untuk bertengkar. Aku merasa tertekan karena tidak berhak
mengeluarkan uang terlalu banyak untuk diriku sendiri. Aku jarang berdandan da
nya ke dunia. Namun saat melihat keperluan Zidan sangat memprihatinkan, aku menyalahkan diri dan me
n begitu baik oleh suami mereka. Aku melihat bagaimana mereka ditenangkan saat hendak melakukan pemeriksaan. Aku sangat menginginkan itu, tetapi Mas Yoga beralasan dia harus lembur di kantor kare
ngan nyaman, aku memilih bangkit dari tempat tidur.
gar Zidan tidak terganggu. Dia sangat sensitif terhadap suara sekecil apapun. J
gurungkan niatku untuk pergi ke dapur, aku memilih berjalan keluar dari rumah untuk memeriksa keberadaan Mas Y
tu saja. Ini bukan kali pertamanya aku mendapati Mas Yoga menelepon seseorang tanpa memikirkan keadaan sekitar. Dia tidak mempedulikan bahwa in
menghampiriku lebih dulu. Mas Yoga bersuara pada seseorang dalam telepon lagi, mengatakan jika akan menghubung
Mas?" tanyaku semba
ah menikah cukup lama, aku tahu kapan ia berbohong dan kapan dia mengatakan yang seb
i customer yang gagal bayar," jawabnya santai. Mas Yo
ini?" tan
lagat mencurigakannya selama ini. Lagipula jika ini urusan kantor, mengapa dia harus pergi ke l
m rumah saja? Ini sudah malam, Mas, bagaimana jika
eh tetangga. Jarak antar rumah petakan memang sangat dekat, hanya terpisah oleh
a malas, lalu menatapku d
ik. Aku tertawa sumbang, Zidan selalu menjadi alasan. Aku tidak akan
ri, aku masuk ke dalam kamar. Bahkan rasa lapar yang tadi begitu menyiksa mendadak lenyap begitu saja. Napsu
air mataku mulai turun. Bibir bawahku kugigit dengan kencang, berusah
*
g dingin ini, aku terbangun dengan mata sembap karena menangis terlalu lama.
isa melihat cairan pekat kemerahan mengenai paha Zidan. Bahkan selimut kecil yang sebelumnya a
sal darah itu? Sejenak, aku terpaku. Tanganku bergetar saat mend
ran. Aku panik bukan main hingga kembali menangis. Isakanturun dari tempat tidur, mencari keberadaan Mas Yoga yang rupanya berbaring di dalam kamar. Kulihat ia malah memejamkan mata di atas kursi dengan televisi yang ma
rang!" seruku. Aku berusaha sekeras mungkin untuk mem
g menyentak kedua tanganku dengan gerakan kasar. Aku hampir te
baru saja tidur! Kamu mau membuatku ke
ahkan saat anak kami sedang tidak baik-baik saj
ewaan dan ketakutan yang ada agar Zidan ditangani secepatnya. Mas Yoga mengerang marah sebentar, lalu
g tersampir di kursi. Aku bergegas menghapus air mataku dengan gera
*
unjung menampakkan diri. Mas Yoga melanjutkan tidurnya di ku
mendekat dengan wajah khawatir. Dokter itu sempat melihat Mas Yoga yang terpe
dokter. Aku mengangguk
nunjukkan gejala dehidrasi, Bu. Darah di fesesnya juga sangat pekat dan membutuhkan penanganan lebih seri