icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ketika Suami Tak Lagi Peduli

Bab 4 Menunggu Putraku Sendirian

Jumlah Kata:1286    |    Dirilis Pada: 07/12/2024

ggalkanku. Aku terpaksa berhenti mengejarnya karena harus mengurus Zidan. Terlebih aku melihat dua orang perawat sud

saya?" tanyaku bergega

Bu, ruang Pelan

ngan Zidan untuk membuatnya lebih tenang. Aku berusaha keras untuk menahan air mata supaya Zidan ti

masuk kasur roda tempat Zidan berbaring. Setelah itu, mereka memindahkan Zid

bisa menekan tombol ini," ujar salah seorang pe

ab dengan

kasih, S

anyak tertidur daripada membuka mata. Namun beberapa detik kemudian, dia menggeliat. Perutnya mengejang sebentar lalu kembali terlelap. Aku lang

h ada darah di dalamnya walaupun hanya sedikit. Ini artinya kondisi Zidan mulai berangsur membaik. Paling tidak ada hal yang masih bisa aku syukuri di tengah mas

kesendirianku, aku baru teringat kalau Mas Yoga be

takkan di atas nakas. Kutekan nomer panggilan cepa

Mas Yoga tak kunjung mengangkatnya. Barulah pad

Kenapa tidak pulang ke rumah sa

umah, mau

arena mendengar Mas Yog

idan sedikitpun? Anakmu masih diopname di rumah sakit, Mas," ucapku deng

Kalau aku sakit dan tidak bisa masuk kerja, kamu ma

a begitu aja harus ditemani suami. Jangan kemanjaan, Arista. Kamu itu

a membuatku tersudut. Sebenarnya aku ingin bertanya siapa yang menelponnya tadi, tapi aku membat

i besok sepulang dari kantor tolong Mas ke ru

besok. Sudah y

hati. Mengapa suamiku seolah-olah tidak mempedulikan aku dan anak kandungnya? Dimana letak kesalahanku seh

enyebabkan pandanganku serasa berkunang-kunang. Aku pun meletakkan kepalaku yang penat di tempat tidur

*

a diapersnya. Ternyata Zidan diare lagi meskipun tanpa bercak da

embuang waktu, aku mengganti celananya lal

yang, nanti Zidan akan minum ob

ukaannya dan sesekali mengusap punggungnya. Beruntung Zidan termasuk anak yang kuat. Sebentar saja dia sudah kembali tenang. Kubari

p baik, mengingat kemarin ia menolak makan dan minum. Aku pun menunggui Zida

arena belum makan apa-apa sejak semalam. Namun aku enggan meninggalkan Zidan dalam waktu lama. Lebih baik kutahan saja rasa lapar ini s

ak perempuan terbaring di atasnya. Ternyata ada pasien baru yang akan berbagi kamar dengan Zidan. Di belakangnya k

merasa iri. Andai saja Mas Yoga bersikap sama seperti suami ibu ini, pastilah aku merasa bahagia. Namun segera kutepis perasaan itu.

*

menerima suapan bubur dari tanganku. Awalnya Zidan menutup rapat mulutnya. Namun sete

h masuk ke kamar rawat Zidan. Spontan

gi ini?" tanya Ibu membelai

ada darahnya. Ayo, duduk, Bu," uc

as panjang sera

ruhnya menemani kamu di rumah sakit, tapi dia beralasan sedang masuk an

dia memang lagi kurang enak badan. Tapi Mas Yoga janji hari ini dia akan men

saja membel

h berangkat ke kan

memintanya memesankan taksi, wajahnya cemberut. Yoga itu tidak

akan bicara pelan-pe

sta?" tanya Ibu memand

mau menghabiskan

rimu tenaga yang cukup. Turunlah dan makan di

an uang berwarna merah ke tanganku. Ia pasti

lihlah makanan y

r malu. Sebagai anak yang sudah dewasa dan berumah ta

Kamu membutuhkannya.

angis di dalam hati. Wajahku terasa tertamp

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Alasan Suami Telat Gajian2 Bab 2 Anak Kita Sakit3 Bab 3 ATM Suamiku Hilang4 Bab 4 Menunggu Putraku Sendirian5 Bab 5 Memilih Pergi Daripada Menjaga Anak6 Bab 6 Siapa Pencurinya7 Bab 7 Harus Percaya Kepada Siapa8 Bab 8 Uang Lima Juta9 Bab 9 Tidak Bisa Mengelak Lagi10 Bab 10 Kebohongan Suamiku (Part 1)11 Bab 11 Kebohongan Suamiku (Part 2)12 Bab 12 Berpisah adalah Jalan Terbaik13 Bab 13 Musibah yang Tak Disangka14 Bab 14 Aku Memaafkanmu, Mas15 Bab 15 Cemburu Buta16 Bab 16 Jangan Beritahu Keluargaku17 Bab 17 Ingin Bekerja Lagi18 Bab 18 Diremehkan Suami19 Bab 19 Panggilan Kerja20 Bab 20 Pertemuan Tak Terduga21 Bab 21 Berita Mengejutkan (Part 1)22 Bab 22 Berita Mengejutkan (Part 2)23 Bab 23 Sang Direktur24 Bab 24 Impian Jadi Kenyataan25 Bab 25 Pesan Misterius26 Bab 26 Jaminan Utang Suami27 Bab 27 Membungkam Benalu28 Bab 28 Hari Pertama Bekerja29 Bab 29 Ada Apa dengan Zidan30 Bab 30 Tidak Ada Simpati31 Bab 31 Mesra Jika Ada Maunya32 Bab 32 Kedatangan Bos Besar33 Bab 33 Menyelamatkan Gadis Kecil34 Bab 34 Perpisahan dengan Suamiku35 Bab 35 Atasan yang Dingin36 Bab 36 Lima Ratus Ribu Sebulan37 Bab 37 Hadiah dari Maura38 Bab 38 Harus Berpisah39 Bab 39 Tidak Sanggup Lagi40 Bab 40 Malu Setengah Mati41 Bab 41 Pertanyaan yang Menohok42 Bab 42 Tidak Pernah Akur43 Bab 43 Mengadu kepada Ayah44 Bab 44 Tantangan untuk Suamiku45 Bab 45 Suami Cerdas, Aku Lebih Cerdas46 Bab 46 Selalu Merepotkan Atasan47 Bab 47 Sang Pemilik Perusahaan48 Bab 48 Jujur atau Dusta49 Bab 49 Pendusta yang Berhasil Didustai50 Bab 50 Memfitnah Istri Sendiri51 Bab 51 Ambil saja Suamiku, Lengkap dengan Utangnya52 Bab 52 Makanan Manis untuk Orang Stres53 Bab 53 Permintaan Maura54 Bab 54 Bukan Wanita Lemah55 Bab 55 Pemberian Tak Terduga56 Bab 56 Saling Membutuhkan (Ibu dan Anak)57 Bab 57 Dewa Penolongku58 Bab 58 Milik Mantan Suami59 Bab 59 Tidak Boleh Jatuh Cinta60 Bab 60 Aku Bersedia Melakukan Apapun Untukmu61 Bab 61 Yang Lalu, Biarlah Berlalu62 Bab 62 Dua Pria63 Bab 63 Pengagum Rahasia64 Bab 64 Menghindar Dari Patah Hati65 Bab 65 Aku Siap Mendengarkan Keluh Kesahmu66 Bab 66 Terjerat Pinjaman Online67 Bab 67 Lempar Batu Sembunyi Tangan68 Bab 68 Merawat Seperti Ibu69 Bab 69 Aku Mencintaimu, Arista70 Bab 70 Perhatikan Aku Mulai Sekarang71 Bab 71 Pesona Wanita72 Bab 72 Aku adalah Priamu