icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Antara Tajir dan Hafidz Qur'an

Antara Tajir dan Hafidz Qur'an

icon

Bab 1 Awal Mula

Jumlah Kata:1131    |    Dirilis Pada: 26/11/2024

butuh uang?" tanya Nadia, nada sinis terdengar

nti reaksi pria yang berdiri di atas panggung. Pria itu adalah Akbar, sosok sederhana

Dengan tenang, dia menatap ke arah Nadia, sorot matanya lembut tapi tajam. "Kedamaian bu

bukan tentang uang? Kamu tahu nggak, dunia ini berputar karena uang? Semua ya

tapi uang hanyalah alat, bukan tujuan. Tujua

Kalau bukan untuk sukses?" tanya Nadia,

terus-menerus mengejar sesuatu di luar diri ki

ara-tenang, tanpa nada emosi, seolah-olah benar-benar yakin dengan setiap kata ya

samping, menyenggolnya pelan. "

sinis. "Kamu hidup sederhana mungkin karena kamu belum pernah merasakan yang namanya

Nadia. Semua orang berhak hidup layak. Tapi pertanyaannya adalah, apakah yang kita kejar itu

elama ini, ia berusaha memiliki yang terbaik, menjalani hidup yang dianggap sukses. Tapi, mengapa kata-k

lebih baik?" Nadia bertanya lagi, k

erharga dari sekadar angka-angka di rekening. Mungkin kita bisa memiliki segalanya, tapi h

ar sedang berbicara langsung ke dalam hatinya.

ak cukup pelan untuk menyembunyik

g, Nadia. Mungkin kamu belum pernah merasakannya, atau mungkin kamu belum sadar. Tapi di saat kita ber

terus bergema di kepalanya, seolah menghancu

bahunya pelan. "Udah, Nad. Kita di sini

ku tahu," jawabnya lirih, tapi tatapannya tak lepas dari Akbar, p

a berhenti sejenak, menatapnya dengan sorot mata penuh pengertian. "Maaf kalau tadi ada

uatnya sulit berpaling. "Kamu terlalu yakin dengan apa y

tahu apa yang membuat saya merasa damai. Mungkin apa yang saya kata

a menyipitkan mata, mencoba mencar

akin pada kedamaian yang saya

hidup dengan keyakinan bahwa yang ia lakukan adalah yang terbaik, mengejar kesuks

hampiri Akbar, memintanya untuk berbicara. Akbar pun pamit dengan

aknya duduk kembali. "Nad, kamu kenapa sih?

ung Akbar yang semakin menjauh. "Aku nggak tahu, Sof. Dia... d

kin kamu cuma nggak terbias

nung. "Mungkin,"

Ia selalu berpikir bahwa hidup yang sempurna adalah memiliki segalanya. Tapi kenapa sekarang ia merasa kosong

uar ruangan. Udara malam yang dingin menyambutnya, tetapi itu tidak

laman, mengamati langit malam dengan tenang. Ada kedam

kah mendekat. "Kamu nggak

"Udara malam ini menyegark

kbar. "Aku nggak ngerti gimana bisa kamu hidup

enti mengejar sesuatu, Nadia. Kedamaian adalah saat kita tahu

kembali mengusik. Selama ini,

harus aku lepaskan," ak

ruang untuk mendengarkan hati kita sendiri," j

ahu ketenangan ini tak akan bertahan lama. Hidupnya penuh dengan tuntuta

rus punya jawaban sekarang. Kadang, perjalanan menemuka

itu asing, begitu jauh dari kehidupannya yang biasa. Namun, ada sesuatu dala

h panggilan dari salah satu rekan kerja. Ekspresi

gi," ucapnya c

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka