Ibu untuk Yana
izza, Yah," uja
esantai mungkin. Berusaha tidak mengomelinya walau kepalaku rasanya mau pecah. Selama beberapa jam sebelumnya, Ya
et, "Mau makan bubur? Biar Ayah yang beliin." Dulu juga Yana pernah ke
yang parah, "Yana?" tegurku kala anak itu memejamkan kedua mata, "pusi
s. Akhirnya anakku mau makan juga, "enggak apa-apa ditinggal sendiri? Ayah g
ebab ada problem di klinik bidan milik beliau. Nanti agak siangan ke
terangkat sebelah. Kiran kah? Ah, masa sih. Adikku kalau lag
a tanpa suara. Aku me
an pintu. Anandi? Buat apa gadis remaja itu kemari
salamnya dengan b
unggu Anandi bicara kembali. Oh iya, kedua
menyelanya, "tahu dari siapa kita ada di rumah sakit?" tanyak
n makan bubur, dan aku harus menunggu Anandi mel
kesabaranku akhir-akhir ini selalu menipis. B
Anandi seraya memega
yak-banyaknya. Aneh ih, lengan baju yang dipegang, tapi jantung
kanan, "kenapa?" Aku mundur selan
Tante Ria, Yana masuk rumah sakit karen
asuk. Saya mau
tin khusus Yana. Juga makan siang untuk Om." Semacam ada ribuan kupu-kupu dalam perutku. Seolah
. Dijamin enak, halal, dan
promosi ce
. Bawaannya pengin makan t
*
kr
ku teralihkan. Habis makan aku mengambil buah pisang sebagai pencuci m
'kan belum menikah," cetus Yana me
k boleh gitu ah. Masa nunjuk orang pakai dagu. Panggilannya juga lho. Anandi seben
at aku menurunkan kaki kanan yang semula bertumpu pada kaki kiri. Ini giman
r
n Anandi, "Maaf-maaf sudah buat gaduh,"
san sebentar.
acar nih. Mau angkat dulu, okay,"
lasan aja tu
a sebentar, gimana?" tanya Kiran tent
ya, Ayah, Om. Yana pengin
bersamaan. Sebelum keluar, aku meng
a meeting bersama client. Iyah, dadakan banget ini tuh
gain. Tapi aku tahu Yana akan canggung. Mami Ria pun sedang perjalanan menuju rumah sakit. Permasalaha
Tumben pula jalanan lenggang. Agaknya belum jam pulang kerja, jadinya aku gak misuh-misuh ka
Saya nggak bakalan lama,"
ya seraya mengangk
nya lama. Dari semasa lajang sampai menikah dengan Bundanya Yana. Masih banyak kenangan tentun
i. Pasti Yana merengut sudah menunggu lama kehadira
l angka dua. Sepi amat, suara batinku saat keluar dari lift. Melewati lagi koridor
Kiran, kemudian Yana tengah tertidur pulas. Hm, kemana pergin
rayun menghampiri Kiran yang duduk atas sofa. Mami Ria pun tidur. Beliau rebahan denga
Kiran. Aku duduk saja, merasakan k
Posisi ponsel dimiringkan. Sudah barang tentu dia bermain g
strinya pulang duluan," go
Aku diam saja la