icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ibu untuk Yana

Bab 10 Lamaran

Jumlah Kata:1052    |    Dirilis Pada: 18/10/2024

ring kanan, kiri, kemudian tengkurap. Berbagai macam gaya sudah ku lakukan, si*lnya kedu

durnya, gerutuku berusaha isti

ami Ria. Haish, gini amat hidup di dunia. Kelamaan ngeduda eh, sekalinya ngelamar a

kesiapan dari kedua belah pihak. Anandi menyiapkan mentalnya serta fisik, sementara aku menunggu Yana siap. Tidak perlu bertanya kesiapanku. Jawabannya tetap

ambil dulu r*k*knya di laci nakas. Aku memilih ke balkon guna menyegarkan pikiran. Mau turun lantai bawah, dirinya

rt

han memberhentikanku dari kegiat

ih tau gue nya habis maghrib. Eman

m sang teman. Tumbenan nggak langsung telepon. Sak

m pesan lagi masa

n. Tapi anak gue lagi rewel, pen

le banget Bisma. Goo

tujuh pagi, gak boleh telat!" guma

utar arah. Biasanya tuh sekitar setengah jam, kecepatan sedang. Semisal banter yo paling ment

membuat aku kedinginan, ditambah horor kala melihat pohon mangga tetangga yang lebat. Aku malah membaya

Mau melaksanakan kewajiban yakni solat istikharah. Meminta petunjuk pu

kasur sampingku untuk mengecek ponsel. Iya, lebih tepatnya ingin mematikan

lkan nyawa, "Iya, siapa?" seruku agak keras.

otkan mata. Ayo Sena, tenang. Aku gak kesurupan kok. Cuma terkejut. Papi Rezki bilangnya e

*

bikin aku meringis pelan. Yah, k

Kiran dibalas dengkusan olehku, "diem lu!" ket

j..

kasar tau. Ada Yana di sini,"

apa, Yah?" bisik Yana

panjangnya aku bikin kepang dua. Tambah cute dan menggemaskan, "Gak u

nggilku kepadanya. Anak itu mengalihkan pandangannya.

a lembut membuat aku

ju Ayah me

am, belum mem

iap mempunyai

dengan kep

bercanda soal pernikahan. Semoga

akan hal serupa pada Yana. Lalu apa jawabannya? Yana hany

ma detik lamanya. Aku gercep memeluk Yana dari samping. Beruntungnya aku bi

i," menguraikan pelukan, aku

entar lagi sampai rumah Anandi." Aku tahu Kiran juga ikut tersentuh. Tapi

nganku erat, seolah gak mau lepas. Setelah tahu kedatangan kami, keluarga Anandi turut menyambut kemudian bersalaman sebagai

sudah tersedia. Jamuan berbagai makanan terpampang nyata

a kata sambutan dari ses

a aku merasakan sentuhan di punggung tanganku, "Nungguin Tante ya?" jahi

, pengin minum," dalihku

remaja itu. Masya Allah. Aku saja gak kedip-kedip karena terpesona. Alhasil kepergo

mberitahu maksud dan tujuan aku ke rumah Anandi, "Bismillah, saya berniat baik meminang Dek Anandi sebagai istr

maran saya?" sambungku harap-harap cemas. Kal

menerima lamaran Mas Arsena," jawab

a orang mengucap ha

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka