Ibu untuk Yana
ring kanan, kiri, kemudian tengkurap. Berbagai macam gaya sudah ku lakukan, si*lnya kedu
durnya, gerutuku berusaha isti
ami Ria. Haish, gini amat hidup di dunia. Kelamaan ngeduda eh, sekalinya ngelamar a
kesiapan dari kedua belah pihak. Anandi menyiapkan mentalnya serta fisik, sementara aku menunggu Yana siap. Tidak perlu bertanya kesiapanku. Jawabannya tetap
ambil dulu r*k*knya di laci nakas. Aku memilih ke balkon guna menyegarkan pikiran. Mau turun lantai bawah, dirinya
rt
han memberhentikanku dari kegiat
ih tau gue nya habis maghrib. Eman
m sang teman. Tumbenan nggak langsung telepon. Sak
m pesan lagi masa
n. Tapi anak gue lagi rewel, pen
le banget Bisma. Goo
tujuh pagi, gak boleh telat!" guma
utar arah. Biasanya tuh sekitar setengah jam, kecepatan sedang. Semisal banter yo paling ment
membuat aku kedinginan, ditambah horor kala melihat pohon mangga tetangga yang lebat. Aku malah membaya
Mau melaksanakan kewajiban yakni solat istikharah. Meminta petunjuk pu
kasur sampingku untuk mengecek ponsel. Iya, lebih tepatnya ingin mematikan
lkan nyawa, "Iya, siapa?" seruku agak keras.
otkan mata. Ayo Sena, tenang. Aku gak kesurupan kok. Cuma terkejut. Papi Rezki bilangnya e
*
bikin aku meringis pelan. Yah, k
Kiran dibalas dengkusan olehku, "diem lu!" ket
j..
kasar tau. Ada Yana di sini,"
apa, Yah?" bisik Yana
panjangnya aku bikin kepang dua. Tambah cute dan menggemaskan, "Gak u
nggilku kepadanya. Anak itu mengalihkan pandangannya.
a lembut membuat aku
ju Ayah me
am, belum mem
iap mempunyai
dengan kep
bercanda soal pernikahan. Semoga
akan hal serupa pada Yana. Lalu apa jawabannya? Yana hany
ma detik lamanya. Aku gercep memeluk Yana dari samping. Beruntungnya aku bi
i," menguraikan pelukan, aku
entar lagi sampai rumah Anandi." Aku tahu Kiran juga ikut tersentuh. Tapi
nganku erat, seolah gak mau lepas. Setelah tahu kedatangan kami, keluarga Anandi turut menyambut kemudian bersalaman sebagai
sudah tersedia. Jamuan berbagai makanan terpampang nyata
a kata sambutan dari ses
a aku merasakan sentuhan di punggung tanganku, "Nungguin Tante ya?" jahi
, pengin minum," dalihku
remaja itu. Masya Allah. Aku saja gak kedip-kedip karena terpesona. Alhasil kepergo
mberitahu maksud dan tujuan aku ke rumah Anandi, "Bismillah, saya berniat baik meminang Dek Anandi sebagai istr
maran saya?" sambungku harap-harap cemas. Kal
menerima lamaran Mas Arsena," jawab
a orang mengucap ha