Brondong Bucin
V
a, Mas?" tanya Bude Anita
lalu memanggilku dengan sebutan 'Mas', ia jarang s
kembali menanyakan hal yang sama kepada wanita
udemu ini baik. Pul
didikanku di salah satu pondok pesantren ternama di Kota Semarang, tetapi karena aku belum memiliki tujuan untuk h
yangiku seperti putranya sendiri, tak sekali pun membedakan cintanya antara aku dan sepupuku-Nuraini, yang
perjalanan panjangku menuju Malang. Tentu saja
seru Nuraini, kemudian dilanjutkan dengan mu
angannya, membolak-balikkan hingga beberapa ka
" Bibirnya bergetar dengan
ude. Apa pun yang Bude mi
ajak untuk makan bersama. "Bude sudah menyi
engan semangat empat lima dan langsung
umah, kebetulan tempat tinggal Bude berada di
gah-tengah antara
mu, apakah kamu mau membantu budemu ini mengelola pondok bersama Nurain
ku sejak awal menuntut ilmu di Semarang agar
n, "Alhamdulillah, akhirny
ng kami akan bertengkar yang berujung sama-sama menangis, tetapi itu adalah kejadian ketika
setelah beberapa bulan kedatanganku, aku dan Nuraini la
erti apa, Nur, selebihnya
ra paling pengerti
abnya, "Samodra, Nur, Samodra! Seenakn
orang Inggris, padahal arti yang seben
balik kamu nangeess," ejekku, kar
awa. Wanita muda yang seharusnya aku panggil Mbak itu menghent
matang, akhirnya acara yang kami impikan pun berh
hatianku. Sesaat pandangan kami bertemu yang membuatku langsung mengalihkan pandangan, tetapi senyumannya
pagi itu bukanlah bagian dari keluarga besar pondok pesantren, pasalnya aku
itu pun membuatku sangat dekat dengannya, dia terlihat sangat
engan cara melompat lebih dulu, tetapi ia menolaknya dengan begitu
ia menolak bahkan terkesan sangat menghindariku. Aku mencob
harinya aku langsung menemuinya. "Aku mohon berita
, Sem? Ngeb
at tahun aku hidup di dunia ini, tapi ba
gi selama tinggal di Semarang setiap hari h
uruh penghuni pondok mulai dari pengurus, para santri, pemimpin asrama, hingga para pengajar pun semuanya berjenis kelamin laki-laki. Hanya ada dua
takan sedikit saja tenta
raini benar-benar
sendiri." Nurani langsung masuk ke kamarnya, meninggalkanku seorang d
itu pun muncul dari balik pintu, ia terlihat san
ak," sapaku dengan s
h," jawabnya, sungguh suara lembut mendayu-
Ia hanya mengangguk kecil kemudian langsung pamit dan pergi begitu sa
-buru, seolah-olah tahu kalau aku seda
n keinginannya, aku melihat ke dalam hin
nak, pekerjaanku berantakan, hingga tidurku pun tidak pernah lelap. Hatiku gelisah, ada se
hkan semua kegelisahanku kepada Sang Khaliq, aku adukan semuany
ang begitu menyiksa hati. Di dalam doa kusebut namanya berulang kali, tak lupa aku juga memohon am
u pun menjadi pulas. Keesokan paginya aku bertemu dengan dua anak lelaki y
ekolah di sini, Nak?" sapaku lembut, ba
njemput kami, tapi kayaknya di sini seru, nanti kalau sudah lulus SD aku mau minta sama Ibu untuk mondok di sini aja deh,"
itu langsung membuatnya terdiam, wajah bahagia
ayah mereka? Adakah yang
ereka terdiam hingga akhirnya muncullah sekarang gadis remaj
sama Ibu dan Nenek," u
nya merasa bersalah. "Maa
pa kok. Ini
tadi Ustaz yang biasa jaga di depan nggak ada jadi aku langsung masuk a
an kejujurannya, aku yakin ini semua tid
ucapku, tak lupa aku sertakan senyuman terbaik aga
staz. Kami pamit dul
alik pagar, menyisakan aku yang kembali m
u saja dengan ketiga anaknya, di manakah suaminya bera
i dengan banyak pertanyaan terkait wanit