Satu Shaf Di Belakangmu
h tempat tidurku!" tegur Athar d
a, Mas?" tanya Eira memberan
n mengotori tempat ti
apa yang mendasari keduanya mau menerima perjodohan tanpa bertukar pesan maupun bertemu terle
u baru saja mendapatkan gelar sarjananya. Sesuai baktinya kepada kedua orang tuanya, ia menyanggupi keinginan mereka. Tak pernah ter
alami tamu dari kedua belah pihak keluarga ditambah lagi sikap Athar yang baru terkuak. Batinnya seolah teriris diperlakukan seca
sholat tahajud. Menyerahkan segala kegundahannya pada sang pencipta yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Berdoa agar pernikahannya bersama sang sua
ritaan seperti apa yang akan dialaminya ke depan. Bersandiwara di hadapan keluarga dengan terlihat baik-baik saja. Sejenak atensinya mengama
ggil suaminya lirih d
dikitpun tempat tidurnya. Alhasil, Eira hanya berdiri di tempat dan tidak b
suaminya. Sudah sepantasnya pasangan suami istri mengingatkan baik dalam kebaikan dan keburukan. Seperti haln
ya sholat shubuh, mari ber
pada wanita itu. Menganggap Eira adalah benalu dalam hidupnya. Jika bukan karena ancaman orang
endiri sana, aku masih
dari kemarin seketika bertambah buruk. Seandainya Athar berada di rumahnya sendiri, ia bisa leluasa membuat peraturan pisah
ah menjadi makmum sudah terbesit di dalam benaknya. Namun, a
Athar sebenarnya orang yang baik. Hanya saja mun
ada sedikitpun rasa penyesalan atas keputusannya. Ia menerima dengan lapang dada. Sekalipu
a yang telah diajarkan ibunya, Eira melaksanakan tugas yang diembannya sekarang ini. Seorang istri
enghidangkan masakan yang enak. Ia sangat antusias mengingat hari ini ad
hatnya tidak ada keberadaan Athar. Gemercik air yang terdengar menyadarkan Eira jika suaminya te
belakangnya. Hingga Eira membalikkan badannya dan kakinya tanpa sengaja tersandung ga
n rasa sakit yang mendera. Gerakan refleks yang tanpa disadari olehnya. Meskipun ia mengutuk kecerobohan Eir
ama datang di wakt
n merapikan gamisnya. Begitupun dengan Athar, pria itu membenarkan handuknya yang agak melorot. Malu seka
begitu murka dan ingin meluapkan segala kekesalannya pada Eira. Sedangkan Eira y
kai pakaian tuh yan
udah sesuai
ak jangan
s. Aku ha
menikah dengan
rkataanya dengan kata-kata yang sangat menusuk. Eira bisa saja diam terhadap
ah kaki suaminya kemanapun pergi. Beberapa kali terdengar suara helaan nafas. Den
ta yang tak tahu kapan datangnya. Baru bertekad dan berdoa menjad
Eira mulai terbawa emosi