Pernikahan yang tidak dilandasi oleh dasar cinta membuat pasangan muda yang baru saja menikah mengalami keretakan dalam rumah tangga. Perjodohan yang tidak diinginkan itu membentang tinggi di atas ego masing-masing. Terlebih lagi ketika mereka mengalami insiden yang tidak terduga. Sejak saat itu Eira memutuskan kabur dari rumah tanpa sepengetahuan Athar. Kebengisan pria itu kian menambah derita dalam hidupnya. Dari kejadian yang tidak sengaja itu keduanya dikarunia buah hati yang lucu. Sayangnya Eira memilih menyembunyikannya dan memilih mengasingkan diri. Sampai suatu ketika mereka dipertemukan oleh waktu dengan sendirinya. Akankah Eira luluh pada perjuangan Athar? Atau justru kekeh dengan pendiriannya?
"Jangan sedikitpun kamu menyentuh tempat tidurku!" tegur Athar dengan nada terdengar begitu ketus.
"Lalu aku harus tidur di mana, Mas?" tanya Eira memberanikan menatap wajah suaminya.
"Terserah, asal jangan mengotori tempat tidurku," tandas Athar.
Keheningan menerpa pasangan suami istri yang baru saja melangsungkan ikrar janji suci. Entah apa yang mendasari keduanya mau menerima perjodohan tanpa bertukar pesan maupun bertemu terlebih dulu itu. Ketika lamaran pun hanya diwakilkan oleh kedua orang tua dari pihak sang lelaki.
Eira yang kini resmi melepas masa lajangnya dan sudah berstatus sebagai istri orang. Wanita yang baru saja genap berusia 23 tahun itu baru saja mendapatkan gelar sarjananya. Sesuai baktinya kepada kedua orang tuanya, ia menyanggupi keinginan mereka. Tak pernah terbayangkan olehnya menikah tanpa dasar cinta. Selepas wisuda ia benar-benar setuju untuk menikah sesuai janjinya pada ayah dan ibunya.
Tanpa memprotes suaminya, Eira bergegas meraih selimut dan membawanya ke sofa. Hari yang melelahkan baginya setelah seharian menyalami tamu dari kedua belah pihak keluarga ditambah lagi sikap Athar yang baru terkuak. Batinnya seolah teriris diperlakukan secara kejam oleh pria itu. Meyakini jika pilihan orang tuanya terbaik, namun nyatanya malam pertama mereka menjadi momen menyedihkan.
Di tengah gelapnya malam, Eira terusik dari tidurnya. Tubuhnya sangatlah pegal lantaran tidak terbiasa tidur di sofa. Wanita cantik itu memutuskan untuk sholat tahajud. Menyerahkan segala kegundahannya pada sang pencipta yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Berdoa agar pernikahannya bersama sang suami terjalin hingga maut memisahkan. Tanpa Eira sadari air matanya luruh begitu saja. Sebisa mungkin mencoba menahan isakan supaya tidak membangunkan Athar.
Sejatinya tidak ada keputusan yang salah ketika seseorang sudah memantapkan hatinya. Namun, berbeda dengan Eira. Ia tidak mempedulikan penderitaan seperti apa yang akan dialaminya ke depan. Bersandiwara di hadapan keluarga dengan terlihat baik-baik saja. Sejenak atensinya mengamati wajah damai suaminya yang tidur dengan pulas. Kini sudah memasuki waktu sholat shubuh. Akan tetapi, ia tidak berani membangunkan pria itu.
"Mas ...." Eira memanggil suaminya lirih dalam kondisi berdiri.
Teringat dengan ucapan Athar kemarin malam jika ia tidak boleh menyentuh sedikitpun tempat tidurnya. Alhasil, Eira hanya berdiri di tempat dan tidak berani mendekat. Berkali-kali ia memanggil, namun suaminya tak kunjung bangun.
Dengan langkah ragu dan tangan yang gementar, Eira memberanikan diri mendekat. Ia sedikit menggoyangkan lengan suaminya. Sudah sepantasnya pasangan suami istri mengingatkan baik dalam kebaikan dan keburukan. Seperti halnya saat ini, jika mereka melewatkan dua rakaat akan menjadi dosa besar. Eira tidak mau hal itu sampai terjadi.
"Mas, bangun. Sudah waktunya sholat shubuh, mari berjamaah," pinta Eira lembut.
Athar yang merasa tidurnya terusik karena suara istrinya. Sontak saja menunjukkan tatapan tajam pada wanita itu. Menganggap Eira adalah benalu dalam hidupnya. Jika bukan karena ancaman orang tuanya yang menjadikan saham miliknya sebagai taruhan mana mungkin ia mau menikah dengan Eira.
"Berisik! Sholat saja sendiri sana, aku masih mengantuk," tolak Athar.
Posisi tidur yang sebelumnya berhadapan dengan Eira, kini pria itu memunggungi istrinya. Suasana hatinya yang belum membaik dari kemarin seketika bertambah buruk. Seandainya Athar berada di rumahnya sendiri, ia bisa leluasa membuat peraturan pisah kamar. Sayangnya mereka saat ini berada di rumah orang tua Athar. Secara otomatis gerak-gerik keduanya diamati dan terbatas.
Eira terpaksa melaksanakan ibadah sendiri. Bayang-bayang indah menjadi makmum sudah terbesit di dalam benaknya. Namun, apalah daya. Itu semua hanyalah ilusi yang tak kunjung nyata.
'Ya Allah ampunilah dosa suamiku. Aku yakin Mas Athar sebenarnya orang yang baik. Hanya saja mungkin dia masih sulit menerimaku sebagai istrinya,'
Dalam setiap doanya tak henti-hentinya Eira meminta kebaikan untuk rumah tangganya. Tidak ada sedikitpun rasa penyesalan atas keputusannya. Ia menerima dengan lapang dada. Sekalipun suaminya mengacuhkannya sampai saat ini. Setelahnya, Eira bergegas turun ke lantai bawah.
Suasana sepi menyelimuti dan lampu yang masih padam. Semua orang sepertinya masih tidur. Sebagaimana yang telah diajarkan ibunya, Eira melaksanakan tugas yang diembannya sekarang ini. Seorang istri harus patuh pada suami. Baiklah, kali ini ia akan memulai dari hal kecil untuk mengambil hati Athar.
Lengkap dengan peralatan dapur serta bahan masakan, Eira berkutat demi menghidangkan masakan yang enak. Ia sangat antusias mengingat hari ini adalah momen dimana Eira makan bersama keluarga besar dari pihal suaminya.
Sampailah pada cahaya mentari yang mulai berpancar, Eira melangkahkan kakinya menuju kamar. Dilihatnya tidak ada keberadaan Athar. Gemercik air yang terdengar menyadarkan Eira jika suaminya tengah mandi. Sembari menunggu, perempuan berbalut gamis itu merapikan tempat tidur yang berantakan.
Saking fokusnya dengan kegiatannya, Eira tidak menyadari jika Athar sudah berdiri di belakangnya. Hingga Eira membalikkan badannya dan kakinya tanpa sengaja tersandung gamisnya sendiri. Tubuhnya terhuyung ke arah Athar dan terjadilah hal yang tak terduga.
Athar merintis kesakitan karena kepalanya terbentur lantai cukup keras. Memejamkan mata mencoba menghilangkan rasa sakit yang mendera. Gerakan refleks yang tanpa disadari olehnya. Meskipun ia mengutuk kecerobohan Eira. Pria itu tetap mengulurkan tangannya, membekap istrinya agar tidak menghantam kerasnya benturan tersebut.
"Ups, sepertinya mama datang di waktu yang tidak tepat,"
Eira dan Athar terkejut oleh kedatangan wanita paruh baya itu. Eira segera bangkit dari tubuh suaminya dan merapikan gamisnya. Begitupun dengan Athar, pria itu membenarkan handuknya yang agak melorot. Malu sekali rasanya dipergoki oleh mertua dengan kondisi seperti itu. Padahal mereka berdua tidak melakukan apapun.
Keduanya sudah berada di posisi aman setelah kejadian tidak terduga tadi. Athar begitu murka dan ingin meluapkan segala kekesalannya pada Eira. Sedangkan Eira yang melihat kobaran api dalam diri suaminya melantunkan istighfar dalam hatinya.
"Lain kali kalau pakai pakaian tuh yang benar," maki Athar.
"Pakaianku sudah sesuai syariat, Mas,"
"Bisa tidak jangan melawan?"
"Maaf, Mas. Aku hanya ing–"
"Aku menyesal menikah denganmu," kata Athar.
Belum sempat Eira melanjutkan ucapannya, Athar sudah lebih dulu membungkam perkataanya dengan kata-kata yang sangat menusuk. Eira bisa saja diam terhadap kelakuan keji suaminya. namun, tidak dengan kalimat yang baru saja didengarnya.
Seketika teka-teki besar bersarang dalam pikiran Eira. Wanita itu mengikuti langkah kaki suaminya kemanapun pergi. Beberapa kali terdengar suara helaan nafas. Dengan keyakinan penuh ia memantapkan hatinya demi menghilangkan segala pikiran buruk.
Berjuang sendirian bukanlah hal mudah. Apalagi memperjuangkan cinta yang tak tahu kapan datangnya. Baru bertekad dan berdoa menjadi istri yang baik, namun Eira sudah diterpa ujian yang amat besar.
"Maksud Mas Athar apa?" Eira mulai terbawa emosi akan ungkapan suaminya.
Bab 1 Menantu Pilihan Ayah dan Bunda
26/08/2024
Bab 2 Menikah Hanya Karena Harta
26/08/2024
Bab 3 Dikira Selingkuh
26/08/2024
Bab 4 Malam Pertama Yang Menyedihkan
26/08/2024
Bab 5 Penyebab Kehancuran
26/08/2024
Bab 6 Ngidam Kopi Susu
26/08/2024
Bab 7 Bu Guru Cantik
26/08/2024
Bab 8 Aku Akan Menjemputmu, Istriku
26/08/2024
Bab 9 Pupus
26/08/2024
Bab 10 Agam Ingin Menjenguk Ayahnya
26/08/2024
Bab 11 Lembaran Baru
03/09/2024
Bab 12 Pertemuan Athar Dengan Kakak Kandung Eira
03/09/2024
Bab 13 Honeymoon
04/09/2024
Bab 14 Memadu Kasih
04/09/2024
Bab 15 Kecelakaan
05/09/2024
Bab 16 Amnesia
05/09/2024
Bab 17 Sisi Lain Eira
06/09/2024
Bab 18 Karyawan Baru Menjengkelkan
06/09/2024
Bab 19 Hamil Anak Kedua
07/09/2024
Bab 20 Sandiwara Yang Bagus
07/09/2024
Bab 21 Modus Ala Eira
08/09/2024
Bab 22 Kepergok
09/09/2024
Bab 23 Ingatan Athar Pulih
10/09/2024
Bab 24 Calon Bu
11/09/2024
Bab 25 Dua Ponakan
12/09/2024