Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Satu Shaf Di Belakangmu

Satu Shaf Di Belakangmu

Variasa

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
25
Bab

Pernikahan yang tidak dilandasi oleh dasar cinta membuat pasangan muda yang baru saja menikah mengalami keretakan dalam rumah tangga. Perjodohan yang tidak diinginkan itu membentang tinggi di atas ego masing-masing. Terlebih lagi ketika mereka mengalami insiden yang tidak terduga. Sejak saat itu Eira memutuskan kabur dari rumah tanpa sepengetahuan Athar. Kebengisan pria itu kian menambah derita dalam hidupnya. Dari kejadian yang tidak sengaja itu keduanya dikarunia buah hati yang lucu. Sayangnya Eira memilih menyembunyikannya dan memilih mengasingkan diri. Sampai suatu ketika mereka dipertemukan oleh waktu dengan sendirinya. Akankah Eira luluh pada perjuangan Athar? Atau justru kekeh dengan pendiriannya?

Bab 1 Menantu Pilihan Ayah dan Bunda

"Jangan sedikitpun kamu menyentuh tempat tidurku!" tegur Athar dengan nada terdengar begitu ketus.

"Lalu aku harus tidur di mana, Mas?" tanya Eira memberanikan menatap wajah suaminya.

"Terserah, asal jangan mengotori tempat tidurku," tandas Athar.

Keheningan menerpa pasangan suami istri yang baru saja melangsungkan ikrar janji suci. Entah apa yang mendasari keduanya mau menerima perjodohan tanpa bertukar pesan maupun bertemu terlebih dulu itu. Ketika lamaran pun hanya diwakilkan oleh kedua orang tua dari pihak sang lelaki.

Eira yang kini resmi melepas masa lajangnya dan sudah berstatus sebagai istri orang. Wanita yang baru saja genap berusia 23 tahun itu baru saja mendapatkan gelar sarjananya. Sesuai baktinya kepada kedua orang tuanya, ia menyanggupi keinginan mereka. Tak pernah terbayangkan olehnya menikah tanpa dasar cinta. Selepas wisuda ia benar-benar setuju untuk menikah sesuai janjinya pada ayah dan ibunya.

Tanpa memprotes suaminya, Eira bergegas meraih selimut dan membawanya ke sofa. Hari yang melelahkan baginya setelah seharian menyalami tamu dari kedua belah pihak keluarga ditambah lagi sikap Athar yang baru terkuak. Batinnya seolah teriris diperlakukan secara kejam oleh pria itu. Meyakini jika pilihan orang tuanya terbaik, namun nyatanya malam pertama mereka menjadi momen menyedihkan.

Di tengah gelapnya malam, Eira terusik dari tidurnya. Tubuhnya sangatlah pegal lantaran tidak terbiasa tidur di sofa. Wanita cantik itu memutuskan untuk sholat tahajud. Menyerahkan segala kegundahannya pada sang pencipta yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Berdoa agar pernikahannya bersama sang suami terjalin hingga maut memisahkan. Tanpa Eira sadari air matanya luruh begitu saja. Sebisa mungkin mencoba menahan isakan supaya tidak membangunkan Athar.

Sejatinya tidak ada keputusan yang salah ketika seseorang sudah memantapkan hatinya. Namun, berbeda dengan Eira. Ia tidak mempedulikan penderitaan seperti apa yang akan dialaminya ke depan. Bersandiwara di hadapan keluarga dengan terlihat baik-baik saja. Sejenak atensinya mengamati wajah damai suaminya yang tidur dengan pulas. Kini sudah memasuki waktu sholat shubuh. Akan tetapi, ia tidak berani membangunkan pria itu.

"Mas ...." Eira memanggil suaminya lirih dalam kondisi berdiri.

Teringat dengan ucapan Athar kemarin malam jika ia tidak boleh menyentuh sedikitpun tempat tidurnya. Alhasil, Eira hanya berdiri di tempat dan tidak berani mendekat. Berkali-kali ia memanggil, namun suaminya tak kunjung bangun.

Dengan langkah ragu dan tangan yang gementar, Eira memberanikan diri mendekat. Ia sedikit menggoyangkan lengan suaminya. Sudah sepantasnya pasangan suami istri mengingatkan baik dalam kebaikan dan keburukan. Seperti halnya saat ini, jika mereka melewatkan dua rakaat akan menjadi dosa besar. Eira tidak mau hal itu sampai terjadi.

"Mas, bangun. Sudah waktunya sholat shubuh, mari berjamaah," pinta Eira lembut.

Athar yang merasa tidurnya terusik karena suara istrinya. Sontak saja menunjukkan tatapan tajam pada wanita itu. Menganggap Eira adalah benalu dalam hidupnya. Jika bukan karena ancaman orang tuanya yang menjadikan saham miliknya sebagai taruhan mana mungkin ia mau menikah dengan Eira.

"Berisik! Sholat saja sendiri sana, aku masih mengantuk," tolak Athar.

Posisi tidur yang sebelumnya berhadapan dengan Eira, kini pria itu memunggungi istrinya. Suasana hatinya yang belum membaik dari kemarin seketika bertambah buruk. Seandainya Athar berada di rumahnya sendiri, ia bisa leluasa membuat peraturan pisah kamar. Sayangnya mereka saat ini berada di rumah orang tua Athar. Secara otomatis gerak-gerik keduanya diamati dan terbatas.

Eira terpaksa melaksanakan ibadah sendiri. Bayang-bayang indah menjadi makmum sudah terbesit di dalam benaknya. Namun, apalah daya. Itu semua hanyalah ilusi yang tak kunjung nyata.

'Ya Allah ampunilah dosa suamiku. Aku yakin Mas Athar sebenarnya orang yang baik. Hanya saja mungkin dia masih sulit menerimaku sebagai istrinya,'

Dalam setiap doanya tak henti-hentinya Eira meminta kebaikan untuk rumah tangganya. Tidak ada sedikitpun rasa penyesalan atas keputusannya. Ia menerima dengan lapang dada. Sekalipun suaminya mengacuhkannya sampai saat ini. Setelahnya, Eira bergegas turun ke lantai bawah.

Suasana sepi menyelimuti dan lampu yang masih padam. Semua orang sepertinya masih tidur. Sebagaimana yang telah diajarkan ibunya, Eira melaksanakan tugas yang diembannya sekarang ini. Seorang istri harus patuh pada suami. Baiklah, kali ini ia akan memulai dari hal kecil untuk mengambil hati Athar.

Lengkap dengan peralatan dapur serta bahan masakan, Eira berkutat demi menghidangkan masakan yang enak. Ia sangat antusias mengingat hari ini adalah momen dimana Eira makan bersama keluarga besar dari pihal suaminya.

Sampailah pada cahaya mentari yang mulai berpancar, Eira melangkahkan kakinya menuju kamar. Dilihatnya tidak ada keberadaan Athar. Gemercik air yang terdengar menyadarkan Eira jika suaminya tengah mandi. Sembari menunggu, perempuan berbalut gamis itu merapikan tempat tidur yang berantakan.

Saking fokusnya dengan kegiatannya, Eira tidak menyadari jika Athar sudah berdiri di belakangnya. Hingga Eira membalikkan badannya dan kakinya tanpa sengaja tersandung gamisnya sendiri. Tubuhnya terhuyung ke arah Athar dan terjadilah hal yang tak terduga.

Athar merintis kesakitan karena kepalanya terbentur lantai cukup keras. Memejamkan mata mencoba menghilangkan rasa sakit yang mendera. Gerakan refleks yang tanpa disadari olehnya. Meskipun ia mengutuk kecerobohan Eira. Pria itu tetap mengulurkan tangannya, membekap istrinya agar tidak menghantam kerasnya benturan tersebut.

"Ups, sepertinya mama datang di waktu yang tidak tepat,"

Eira dan Athar terkejut oleh kedatangan wanita paruh baya itu. Eira segera bangkit dari tubuh suaminya dan merapikan gamisnya. Begitupun dengan Athar, pria itu membenarkan handuknya yang agak melorot. Malu sekali rasanya dipergoki oleh mertua dengan kondisi seperti itu. Padahal mereka berdua tidak melakukan apapun.

Keduanya sudah berada di posisi aman setelah kejadian tidak terduga tadi. Athar begitu murka dan ingin meluapkan segala kekesalannya pada Eira. Sedangkan Eira yang melihat kobaran api dalam diri suaminya melantunkan istighfar dalam hatinya.

"Lain kali kalau pakai pakaian tuh yang benar," maki Athar.

"Pakaianku sudah sesuai syariat, Mas,"

"Bisa tidak jangan melawan?"

"Maaf, Mas. Aku hanya ing–"

"Aku menyesal menikah denganmu," kata Athar.

Belum sempat Eira melanjutkan ucapannya, Athar sudah lebih dulu membungkam perkataanya dengan kata-kata yang sangat menusuk. Eira bisa saja diam terhadap kelakuan keji suaminya. namun, tidak dengan kalimat yang baru saja didengarnya.

Seketika teka-teki besar bersarang dalam pikiran Eira. Wanita itu mengikuti langkah kaki suaminya kemanapun pergi. Beberapa kali terdengar suara helaan nafas. Dengan keyakinan penuh ia memantapkan hatinya demi menghilangkan segala pikiran buruk.

Berjuang sendirian bukanlah hal mudah. Apalagi memperjuangkan cinta yang tak tahu kapan datangnya. Baru bertekad dan berdoa menjadi istri yang baik, namun Eira sudah diterpa ujian yang amat besar.

"Maksud Mas Athar apa?" Eira mulai terbawa emosi akan ungkapan suaminya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku