Potret Sederhana
Segelas wine di hadapannya tak ia sentuh sama sekali. Wajahnya tampak murung tak seperti Agni yang biasanya asik berjoget bahkan bisa menghabiskan beberap
menyuguhinya wine dan minuman keras lainnya itu sekarang terasa hambar. Seperti ruangan pekat penuh asap. Ia juga malas pulang ke rumah. Sedang Fa
tanya seorang co
urusan, biasala
cewek-cewek dengan pakaian kurang bahan lebih
, ia ingin pergi ke tempat yang tenang. Tempat yang damai dan sepi. Mungkin akan terasa nyaman jika m
Tuhan masih memberinya hidup untuk sebuah alasan dan sampai sekarang Agni tidak berhasil menemukan alasan itu. Ia kemudian menendang sebuah kaleng minu
bil salah satunya. Korek dinyalakan dan Agni mulai menyesap rokok itu dengan nikmat dan mengembuskan asapny
i mana ada sebuah taksi yang berhenti dan seorang co
g jam berapa ya?" tanya Agni pada seorang cow
es lebih menjurus ke takut
ebalnya yang kembali menyesap rokok da
rsilakan ibu itu. Taksi yang datang kembali dihentikan dan kali ini seorang yang cacat yang dipersilakan naik ke dalam
taksi itu hingga berhenti. Ditariknya tangan Banyu m
gn
nti dikasih t
alankan taksinya dan dengan rasa penasaran me
?" tanya Banyu pol
a pulang, lo aj
pa, udah
dan juga gemas yang dijawab Banyu dengan anggukan polos. Agni menggelengkan kepalanya heran dengan Banyu, dia ini baik, saking baiknya menjurus ke bodoh di benak Agni. Seumur hidup ia tida
****
ja sampai di kampus dan hari ini dia ada kelas pagi. Dengan terburu-buru gadis
uk
eorang hingga buku yang dibaw
urungkan kemarahannya saat melihat pias senyum r
k." Bayu berjongkok membereskan bukunya sedangkan Agni se
k-bisik membicarakan dirinya. Agni pun tampak memelototi gerombolan cewek-cewek yang duduk berdekatan dan terlihat anak gosip banget. Ditatapnya mereka sambil mengepal
en boro-boro masuk ke kuping kanan dan kekuar dari kuping kiri, materi itu seakan m
!" ajak seorang cowok
tiang bendera apa
i dong emang elo banyakan makan daging kelin
aneh yang imut dan menggemaskan. Banyu si marmut
mun mu
n sih
en baske
l. Lo jangan beraninya maen basket
time ya, g
i B
u saja selesai bersamaan dengan kelasnya. Agni melongok mencoba mencari sosok yang sudah past
iahnya masih satu jam lagi tanggung kalau ia harus keluar. Dan entah mengapa perasaan cemas dan khawatir mulai menghinggap di dad
ni segera berlari menuju tempat penyebrangan yang letaknya tak terlalu jauh dari kampus. Dengan terengah ia sampai di tempat penyebrangan dan m
mpilan hitam-hitam urakan ala anak motor lalu tersenyum, manis. Aroma khas bayi mulai mengusik Agni membuat ia yang biasa judes ikut-ikut ter
an macan yang pasti dilihat orang akan saling memangsa, tapi pada kenyataannya macan akan melindungi marmut dan marmut mengenalkan macan bahwa dunia tak hanya sebatas auman keras, tapi dunia penuh dengan suara seperti suara tetes