Potret Sederhana
-warni menghiasi setiap sudutnya dengan berbagai jenis permainan dan juga penjual makanan maupun pakaian. Malam ini Banyu, Agni, dan Bayu pergi ke pasar ma
yu yang tanpa persetujuan meninggal
dengan kaku yang pada akhirny
di bangku panjang dekat penjual jagung bakar itu. Agni melirik Bayu sek
aku b
ara?" ujar mer
anik, dan tidak tahu apalagi. Mata teduh milik Bayu selalu berhasil m
terhenti saat penjual jagung i
saat mereka terpaku pada jagung bakar masing-masing
saat Bayu mengajaknya
boleh pergi dari dia, tapi aku mohon jangan olok-olok dia
mbuat Bayu tersenyum lantas menarik tangan Agni menuju ke bianglal
menormalkan rasa gugupnya di dekat Bayu saat merek
u, ini namanya b
ni dan dijawab anggukan ringa
aku, sebenernya si
la napas panjang, berusaha menguak kembali kisah lam
atu dalam ikatan suci. Dan hari di mana mama berkata bahwa ia mengandung adalah hari paling bahagia untuk papa. Mama dan papaku sama-sama yatim piatu, dan mer
rusaha sabar dan tegar demi anak yang masih ada dalam kandungannya. Mama percaya cintanya pada papa begitu besar, tapi Tuhan memil
un dengan adik kembarku yang berselisih dua menit, Arya Ardan Agustian, lalu adikku yang terakhir lahir lima menit kemudian, Banyu Fardan
nuruni kebanyakan gen papa dan Arya juga mengalami kelainan jantung seperti yang dialami papa
, sangat rindu. Agni menepuk bahu Bayu seiring bianglala yang terhenti
saat usia kami tujuh tahun, Arya tidak bisa bertahan. Tuhan akhirnya mempertemukan Arya dengan mama dan papa. Sekarang hanya tinggal aku dan Banyu. Aku ikut kelas akselerasi, agar bisa cepat l
r saja ia merasakan apa yang Bayu
angka, sindrom be
nya bayi yang sensitif. Struktur pencernaannya pun masih seperti balita hingga ia tidak bisa memakan-makanan yang keras. Pertumbuhan selama lima tahun bagi Banyu adalah sama seperti pertumbuhan satu tahun pada orang no
ntuh tangan Agni hingga terasa h
ata menetes begitu saja untuk pertama kalinya setelah lima tahun, hanya dengan manatap mata t
am selama lima tahun, tangis yang hanya bisa terurai dengan tatapan mata itu. Tangis yang membawanya pada sebuah pelukan pe
mengerti waktu dan berusaha mereka kubur dalam-dalam sebelum akhirnya sebuah harapan membumbungkan
melarikan diri. Hidup memang layaknya bianglala, terkadang di atas terkadang pula di bawah, tapi ia tidak akan pernah berhenti meski kita ketakutan di dalam sana sama sepetti hidup yang akan terus berjalan tanpa peduli kita tertatih melewatinya. Satu ha