icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Potret Sederhana

Bab 2 Teman

Jumlah Kata:1452    |    Dirilis Pada: 26/05/2024

n lagi hidup bebas tanpa belenggu jeruji, belenggu luka yang mendera hatinya. Lama Agni berjalan-jalan di sekitar areal itu hingga akhirnya ia memutuskan unt

ia tidak peduli seperti puluhan cowok yang berusaha mendekatinya, tapi ia abaikan. Dan sekarang Agni mala

lan mundur satu langkah. "Ya Tuhan, apa semenyeramkan itu muka gue? Gue

n tanpa sadar cowok itu telah memotret tangan Agni yang menar

hasil menahan pergelangan tangan Agni membuat

a cowok itu sambil menunjuk ID card yang j

usan fotografi." Agni memba

il aja

gn

berusaha berontak dan pergi ke bengkel mengamhil motornya. Tapi tangan hangat yang begitu lembut itu terasa mengalirkan kembali darah yang sem

Agni tampak ragu untuk masuk. Bukan, bukan karena takut pada

ra berlari menuju ke arah seorang bertubuh agak tinggi dar

ek. Harusnya memang Agni pergi saja daripada ada senior yang melihatnya dan menyemprotnya dengan kalimat bualan tidak bermutu. Tapi tanpa s

gur seseorang memb

yang dilingkupi kacamata memandangnya teduh. Hidung mancung menantang serta bibir tipis yang menyunggingkan

di hadapannya membuat Agn

ak kok Kak. Eh, ma

kok nggak akan dihukum

kali seumur hidup ia gemetaran dan gugup berada di hadapan sesosok makhluk bernama cowok. A

Arkan Agustian, mahasiswa

." Agni menyalami tangan Bayu yang terasa dingin dan juga merasak

an orang kok." Bayu melepas salaman dengan Agni dan me

dor-gedor pintu hati. Menyentil-nyentil jantung dan mendorong-doro

Banyu yang baru saja kembali setel

ni. "Kamu mau ikut ke pasar malam?" Bayu menawari Agni untuk ikut, dan dengan kaku Agni mengangg

seperti robot yang mengikuti ke mana langkah kaki Banyu sampai perlahan

e mana?"

foto. Ikut?" Agni mengang

rtatapan aneh. Seorang cowok dengan penampilan persis anak playgroup dan seor

t sampai lensa kameranya berhenti dan memotret seorang gadis be

teriak Agni saat sadar Ba

lihatan kok di kamera be

e arah Banyu dan Banyu terus menjauhkan kame

aat tanpa sengaja siku

dup, Agni merasa khawatir pada seseorang sel

berusaha menutupi sesuatu. "Ban

ma

r danau bu

oke

biru kehijauan dan tampak bayangan pohon tergambar jelas di sana. Agni bahkan

gue ke tempat kaya gini

pasti," teba

ya gini anak rumahan." Agni kembali k

i anak

meringis kesakitan. "Eh apaan nih? Lo masih makan bubur? Ya ampun Nyu, lo i

ak bisa ma

ak bisa makan nasi aneh lo, kaya al

kan nasi, katanya su

gigi susu? Umur lo u

sih punya sepu

Lo se

bohong, boh

cap Agni dengan wajah kagetnya

tawa dan menampakkan deretan giginya yang rap

a enam sampai tujuh bulan dan akan tanggal lalu berganti dengan gigi tetap pada usia enam sampai dua belas tahun. Angannya mengawang pada sosok kecil dir

nyu menatap ke sebuah batu yang

yang Banyu pandang. Benar, di atas batu itu dua ekor kura-kura tampak tengah bercengkrama. Bibir kak

ya." Banyu mendekat ke arah batu itu dan berjongkok seper

jalanan ya pemandangan kaya gini jadi spektakuler." Agni

nggak buat bertema

erwarna hazel dari danau ke wajah polos Banyu yang t

-kura sama Banyu?" Banyu mengalihkan pandangan ke arah Agni hingga iris hitam yang tertutup kacamata itu m

u memberinya ketenangan tersendiri. Teman? Iya teman. Satu kata itu, Agni sudah lupa dengan apa yang namanya teman setelah dunia

gni kemudian jed

neh oleh dunia, kini ber

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka