Potret Sederhana
Prankk ...
hingga terciptalah malaikat mungil yang begitu jelita. Dua puluh tahun mereka bersama dan entah antah berantah setan mana yang menyelinap masuk ke rumah itu h
a Cinta, berdoa kelak anaknya akan hidup dengan penuh cinta. Agniya, nama yang cantik berdoa agar anaknya kelak secantik Venus
telah hancur. Orang tuanya sendirilah yang menghancurkan harap atas doa dalam sebaris nama, Cinta Agniya Rinjan
rnya melampiaskan luka yang mendera dada dan juga raganya kepada Agni, anak satu-satunya. Siksa adalah hal yang biasa bagi Agni. Bukan hanya ibu,
dan merengek meminta sang ayah berhenti memukuli ibunya. Agni lima tahun lalu adalah Agni yang masih ceria dengan wajah berbina
b-kkub malam. Merokok dan minum-minuman keras sudah menjadi kebiasaannya. Tapi ia tetap bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang wani
nya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa dan lebih memilih lari dari kenyataan dengan mabuk dan merokok yang membuatnya berhalusinasi. Dan Agni yang sekarang adalah dia y
Kring ...
Diraihnya sesuatu yang terus berbunyi itu dan ia lempar sekuat mungkin hingga benda itu membentur
ak
ergesa wanita penuh lebam di pipi dan juga sayatan di lengan kanannya itu naik ke
Tok ...
apain sih ber
sih
ni udah siang
gantu
utan mahasiswa ba
!" teriak Agni
ada dan Agni baru saja menyadari benda yang tadi ia lempar dengan keras. Matanya tertuju pada satu titik, benda persegi panjang yan
"Anjir udah jam 8 acaranya kan jam setengah sembilan, mampus gue."
. Ia berlari tanpa menutup pintu kamarn
tanpa mempedulikan suara ibu
kecepatan motornya menyalip bus dan truk-truk besar tanpa mempedulikan klakson yang berbunyi keras atau umpatan dari pengendara l
ncur, mampus," gumamnya yang dengan sangat ter
a montir yang tengah menangani motornya, boleh jadi ini akan lama. Agni kemudian melongok jam yang ada bengkel itu, sudah jam sembilan
lu," ucap Agni pada montir y
p, N
n sampai sekarang masih berdengung memenuhi otaknya. Agni pun berniat melepas penat dan seti
am berbahan kain dengan kemeja putih yang tertutup jaket merah berlengan putih. Tak lupa kacamata besar bertengger di hidung mancungnya. Kamera menggantung di lehernya serta tas rans
enepuk pundak cowok itu membuatnya t
kemudian menengok ke kanan dan kiri, apa mungkin ini karena dandanannya? Tapi mana mungkin, menurutnya
menatap penuh tanya dengan sepatu hitam berjenis boots, celana robek-robek da
gi dan cowok itu menggeleng sama
terasa manis menggelitik melewati gendang telin
menggantikan suara gelas dan piring yang pecah. Agni mengangkat sebelah tang
iri sendiri yang lantas berjalan men