TULPA (Permainan Cinta)
U
n Hilangn
tang! Karpet m
tidaklah dikunci. Dengan malas, kumelangkah membuka pintu rumahku dengan terpaksa, mempersilahkan gadis dengan rambut panjang, bergelomban
luntur juga." Rai
ya lalu melangkah berlengga
idak akan tenang. Mengingat sifat dan sikap sepupuku ini. Lihatlah, bahkan sekarang
dimelas-melaskan. Aku menurut, walau sebenarnya ingin sekali k
il ke arah pintu depan. Aku mengernyit mendapati beberapa anak laki-laki dan perem
uat main gapapa 'Kan?" Rai berdiri d
l-embel 'Mbak', padahal umurku hanya lebih tua beberapa bulan saja darinya. Karena tidak enak
s jajanan ringan dan kaleng soda. Gelak tawa terdengar nyaring. Kuputuskan untuk naik ke atas karena sejak tadi aku
e mana
ku lakukan," jawabku. Kuusahakan s
Entah mengapa setiap kali aku berlama-lama di keramaian, membuat tenagaku seakan terkuras habis. Apakah itu memang kelemahan seorang int
perasaanku merasa tidak enak. Apakah Kelabu marah? Atau, jangan-jangan dia menghindar
lab
e sudut-sudut kamarku, mencoba mencari sosoknya. Tetapi, nihil. Dari kamar mandi, lem
n? Hayo sia
n kecil lolos dari bibir ranumnya. Sepertinya dia senang telah berhasil membuatku terkejut. D
anyaku
ia mulai menggodaku. Aku mengedikkan bahu, memilih beranjak
Oke, sepertinya untuk malam ini aku ak
Aku melirik sinis ke arah Rai yang sejak tadi terus menyerocos sesekali memoleskan lipstik ke bibirnya yang bahkan sudah sangat berwarna merah. Lihatlah seka
ikapnya. Untuk sejenak dia berhenti. Lalu menggeleng heboh seraya
cantik jelita tiada duanya tidak akan berhenti
u, malas. "Kau sudah p
elalu dia bawa ke mana-mana. Lalu, dia mengomel pelan. "Apaan perfect! Li
membiarkan saja. Walau sejujurnya tanganku gemas untuk menampar pelan pipin
am pikiranku. Ke mana Kelabu? Dia belum juga terlihat samp
menatap ke arah sepupuku yang sudah berlari kecil ke arah lapangan b
akut jika anak itu tersesat mengingat akulah yang diberikan t
dong!" Dengan gaya centil
gadis itu memekik tertahan. Sekuat mungkin
mendengar suara yang tidak asin
. Kelam tampak menatap jijik dan ngeri ke arah Rai. Mungkin karena penampilan Rai yang terlalu mencol
rgaulannya aja udah ga
memasang wajah datarnya. Hingga sebuah tamparan keras melayang di pi
era menarik lenganku. Aku tersenyum tipis. Mungkin memang sepupuku yang satu ini terkesan anak nakal dalam berpakaian. Tetapi,
masih mendengar ocehannya. Antara ingin terkekeh geli karena kepercayaan diriny