TULPA (Permainan Cinta)
U
I
uk
mempertahankan wajah biasa-biasa saja, aku segera bangkit seraya menepuk-nepuk pelan rok sekolahku yang sedikit berdebu karena terjatuh. Kali ini aku
oi
sung membubarkan diri, tidak mau berhadapan dengan sepupuku yang entah mengapa akhir-akhir menjadi superhero untuk kehidupanku yang ke
dar akan lamunan. Dengan segera aku men
ma jadi bahan
gkahkan kakiku menuju ke sosok laki-laki yang tengah menyandar di dinding kelas. Kedua netranya menyorot ke arah benda pipihnya. Walau begitu,
jarak tinggi di antara kami yang sangat berbeda jauh. Bahk
eorang penguntit?" ucapku seraya me
a. Lalu, mengubah posisinya menjadi berdiri tegak, memandangku. Aku sedikit mundur ke bela
iri, jatuhnya kau terlihat sangat menyedihkan," balas Kelam menus
atap ke arahku?" Aku masih mencoba bersikukuh. Rasa penasaranku
ganku mengepal erat. Ingin sekali aku memberikan bogeman mentah pada wajah tamp
inya di dahiku. Tidak terlalu keras, tetapi c
ia masukkan ke dalam saku celana. Dih, apaan itu? Sok cool. "Oh ya ...." Kelam
pandang dengan Rai. Rai hanya mengedikkan bahunya, tidak tahu. Tidak lama kemudian, bel masu
kan baru menginjak usia dua puluhan. Dia tersenyum manis, merespon tatapan bingung dari teman sekelasku, begitu pula deng
ak Tiara, dia senior kalian yang lulus pada tiga tahun yang lalu. Kak Tiara ini adalah penulis yang akan sediki
, B
an malas. Tetapi setelahnya aku kembali memfokuskan atensiku ke arah Kak Tiara. Mendengar dia adalah penuli
, sudah tahu kan nama kakak? Nama kakak adalah Kak Tiara. Kakak datang ke sini untuk sedikit memberikan
menahan tawa geli, ada juga yang berbisik satu sama lain. Aku tidak peduli. Hanya aku seorang yang me
amu, Dek?" tan
membalas lantang. K
a mengangguk pelan, seakan-akan dia tengah menyindir teman-teman kelasku dengan kalimatnya. Oh, atau memang it
kembali memandangku dengan tatapan teduhnya. Aku terdiam
asaan?" jawabku
ta, "Itu juga benar. Tetapi, bu
sangat indah tetapi juga mengerikan. Sesuatu yang menyenangkan teta
memandangku dalam. Ada apa ini? Kenapa aku merasa cemas
yang." Suasana kelas menjadi hening. Dapat kupastikan teman sekelasku juga menegang. Wajar cerah K
lian kenal d
*
gal. Aneh ajalah hahaha," ucap Rai dengan tawa garing di akhir kalimatnya. Aku hanya tersenyum tipis
h? Aku akui bahwa aku adalah gadis dengan beribu imajinasi. Aku menghe
tulus. Jarang-jarang sepupuku i