TULPA (Permainan Cinta)
U
iapa
luas, ah tidak. Lebih tepatnya aku tidak sepenuhnya menatap hamparan yang penuh bunga-bunga itu. Pikiranku melayang jauh, sejauh harap
g berhembus, menabrak wajahku. Sontak saja mataku terpejam sesaat, merasakan hawa dingin. Merasa ada seseorang yang berdiri di belakang, membuatku dengan segera berbalik. Benar saja, jika diperhatikan baik-baik, ada seseora
?" tanyaku
raya menatap sosok tersebut. Kedua
nnya menjawab, seseorang itu bertanya ba
i sosok itu. "Anak laki-laki yang beru
osoknya yang perlahan terlihat jelas. Tanpa sadar kumenahan napas. Ujung kedua kakinya perlahan terlihat jelas
n tubuh yang cukup dibilang kurus. Rambut hitam legamnya sudah mulai menutupi kedua netranya yang berwarna
kaguman. Tatapanku menajam, memasang posisi siaga. Siapa ya
kau?!"
kan sikap kewaspadaanku. Berhenti bersikap seperti orang bodoh, Kejora! Lihatl
... K
ni
u?" gu
yang bernama Kelabu. Atau dia teman kecilnya dulu? Ah, tidak mungkin. Mengingat sifatku yan
a kamu?! Dan, darimana ka
Kelabu mulai melangkah, mendekat. Membuatku sontak mundur ke belakang.
terakhirmu, kau tidak perlu tahu. Sekarang, yang
etak. Kelabu, mengetahui namaku? Bagaimana bisa? Ot
mendengus, tanpa memperdulikan Kelabu, aku melangkah menuju ke kasur empukku. Aku yakin, Kelabu tengah mengekoriku, tetapi aku tidak peduli. Toh, aku tidak mengenaliny
u membuat kegiatanku yang siap
sendiri 'Kan? Aku m
nya menajam dengan salah satu alis terangkat. Dengan wa
mu!" sungutnya. Jangan lupakan tangannya yang sudah dengan nakalnya menarik-nar
ku dan kedua, aku tidak mengenalmu. Jadi, silahkan pergi dari k
ah umurku beranjak lima belas tahun, di mana lagi-lagi aku berharap ada pangeran yang datang me
pikir in
bertopang dagu dengan kepalan tangan kanannya yang bertumpu pada
akan berharap
lucu lagi jika tiba-tiba ibumu masuk ke dalam kamarmu yang di dalamnya terdapat seor
u itu maumu, baiklah. Anggap kejadian ini dan selanjutny
rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Tetapi, semua itu percuma saja. Kegelapan perlahan menari
mbung