TULPA (Permainan Cinta)
U
engg
enjadi tiga buk
kuh dengan jawabannya yaitu dua. Di saat, ditanya mengapa dia pilih dua, karena dia maunya kaya gitu. Mengingat hal itu, membuatku
, malam ini aku memutuskan untuk mengajarinya menghitung dan membaca. Untungnya, Kelabu adalah anak dengan tingkat kepahaman yang tinggi, jadi tidak membutuhkan waktu
menutupi setengah matanya. Menatanya, serapi mungkin. Aku tidak peduli, kini K
Kau tidak ada niatan untuk memotongnya?"
nya yang ini?" tanyanya balik b
a kamu memotongnya itu akan terlihat lebih keren
*
mama dari lantai bawah yang menyuruhku untuk segera sarapan, membuatku berhenti mencari sosok Kelabu di dalam kamarku. Sampa
pat kudengar sebuah helaan di akhir kalimatnya. "Mama sudah menghub
untuk meninggalkanku di rumah. Hanya saja, pekerjaan me
ra kembali bekerja?" Gumaman mama membuatk
an juga bila Bi Sum harus kembali dan meninggalkan ibunya yang tengah sakit hanya karena mama mengkhawatirkanku? Sepertinya dengan Rai itu sudah cukup. Bukan hanya cukup,
. Aku akan baik-
i ini, mama menyempatkan untuk kembali mengantarkanku ke sekolah, sebelum beliau berangkat ke kota lain. Kulambaikan tanganku, sebagai tanda perpisahan kami.
nya dengan kasar. Menggeleng pelan, menjawab pertanyaan Kelabu ya
uara kekehan kecil kel
ku tidak peduli. Arah pandanganku seakan terkunci pada wajah Kelabu yang juga sesekali menatap ke arahku. Hingga tiba-tiba, Kelabu menarik tubuhku. Memelukku erat, tidak lama kemud
na sia
elam yang tengah berdiri pongah dengan kedua temannya. Oh, lebih tepatnya bawahannya. Me
lang kau mulai berhalusinasi teng
tung, seakan tengah menggenggam tangan seseorang. Hei, tapi bukankah tadi
ari sosok Kelam yang tengah melangkah, memperpendek jarak antara kami.
lah satu alis Kelam naik. Ak
menggantungkan kalimatnya. "Takutnya bakal nyeb
ahku yang memerah karena kesal. Tapi, kekesalanku seketika sirna ketika melihat sosok Kelabu yang tiba-tiba muncul di belakang Kelam. Ekspresi Kelabu sangat dingin
ah pergi. Meninggalkanku dengan Kelam yang tampak mengaduh kesakitan. Kare