TULPA (Permainan Cinta)
U
Kea
rut berkibar. Mengembuskan napas sekali lagi, sudah satu minggu sosok Kelabu menghilang. Entah ke mana dirinya pergi
akhir ini berhasil membuat jam tidurku terganggu. Terkadang, pukul dua pagi aku terbangun, terkadang aku baru bisa terlelap
dengan gumaman saja. Putus cinta? Aku pun tidak tahu apa yang
hin
Dia berdiri di sampingku yang berjarak beberapa langkah dari tempatku duduk. Kedua
ura tidak mengerti. Entah mengapa Kelam akhir-akhir ini s
erendahkan. Sedangkan aku hanya dapat diam menahan kekesalan.
nit, dua menit, terus berlanjut. Aku yang berpikir bahwa tidak ada yang akan dibicarakan lagi pun
ius, jau
bicarakan. Aku tahu betul siapa yang dia maksud. Yang menjadi per
lasannya," j
selalu diam atau membalasnya dengan kalimat yang berbelit-belit. Tidak bisakah dia mengucapkan
a aku soal kalian," balasku yang menurutku cukup masuk akal. Yah, kupikir
api tentangmu, Kejora!"
elam. Dan berhentilah menyuruhku untuk menjauhi
sangat baik denganku? Lalu, apa alasanku untuk menjauhinya? Ah, mungkin ini hanya akal-akalan Kelam saja. Bukan
mulai memudar, tetap saja ada satu-dua orang yang masih membully-ku. Ingin sekali tertawa keras, menertawakan mereka. Coba saja ada Kelabu di s
ora
tung, detak jantungku terdengar begitu cepat, dan tanpa sadar aku menahan napas. Sosok yang selama in
ari Kelabu yang menyapu pipiku. "Aku merindukanmu." Suara serak itu
sangat, sangat merindukannya. Tetapi, yang bisa aku
." Sialan
hat perubahannya. Kelabu terlihat lebih ... kurus? Bahkan, pancaran matany
ik-baik
tidak berhasil membuat rasa khawatirku menghilang. Sudah jelas bahwa Kelabu
a semakin erat tetapi tidak membuatku tersiksa karenanya. Degup jantungku berdetak tak karua
rong tubuh Kelabu untuk menjauh. Dapat kulihat tatapan
per
gesa ke arahku seketika beralih menatap punggung Kelabu yang p
ara cemprengnya. "Mana sepi lagi, hih!" Dia bergidik di akhir kalimatnya. Aku hanya memu
gan bilang kamu habis kesambet setan?" Aku berdecak malas menden
berdiri di balik dinding. Menatapku dengan tatapan cem