TULPA (Permainan Cinta)
U
at Pe
, ayo s
sekolahku dan segera menuruni anak tangga menuju ruang makan. Sesampainya di sana, kulihat mama tengah
," sa
ga," bal
Suara dering telepon milik mama, mengalihkan atensi kami. Mama dengan segera bangkit untuk mengangkat telepon. Aku hanya meman
ntarmu ke sekolah. Mama harus segera pergi k
irnya mama pamit untuk berangkat pergi. Kini hanya tersisa diriku yang duduk seorang diri di ruang makan. Tidak ada, Kelabu. Itu membuatku bosan. Memutuskan untuk segera menghabisi sara
ngangguk saja. Inilah aku, gadis pendiam yang sulit berinteraksi lebih tepatnya malas. Aku terlanjur sul
t di depan sana. Memang benar, jarak antara rumah dengan sekolahku tidak terlalu jauh. Berjalan kaki saja hanya membutuhkan sepuluh menit saja, mamaku saja yang sering meluangkan waktu untuk mengantarku, padahal a
" gumamku ketika kedua kakiku be
sendiri. Semuanya akan baik-baik saja. Setelah hampir lima menit berdiam diri seperti orang bodoh di depan gerbang, akhirnya aku memberani
jamkan kedua mata, dapat kurasakan kini semua tubuhku basah kuyup. Pegangan pada knop pintu mengerat, ket
h, b
bergidik jijik ke arahku. Begitu pula dengan sang pacar yang duduk di sebelahnya, meran
uuu,
rsis kay
. Cairan berwarna hitam keputihan meluncur melewati dari. Kuseka, bau busuk seketika mer
hanya diam, menatapku. Apa-apa ini?! Kenapa, Kelabu diam saja tanpa menolongku?
irkan Kelabu. Apakah selama ini aku terlalu berharap kepadanya? Tetapi, kenapa rasanya sesesak ini? Tanpa sadar, air mataku mulai menetes. Sakit melihat Kelabu yang membiark
padanya. Kugigit bibir bawahku, menahan suara isak tangis agar tidak lolos sampai terdengar dari luar. Menangis dalam diam. Setelah puas, aku mulai mencuci muka. Mencoba menghilangkan bengkak y
ku menoleh, penasaran siapa yang mengetuk
da orangnya, pinda
sal kubuka pintu kamar mandi. Terdiam, ketika di depan pintu sudah b
ku dingin. Dia
sekolah kepadaku. Aku hanya mel
ergemuruh, tidak bisa membiarkan ekspresi mendung itu untuk terus-men
kasih,"
tidak ada Kelabu yang memberikanku pakaian, entah bagaimana nasibku sekarang. Rasa kesalku perlahan hilang. Kelabu benar-benar memiliki sesua
u lagi di sana. Aku bahkan sampai menyusuri kamar mandi hanya untuk mengecek apakah Kelabu m
a ada urusa
las. Kupukul kepalaku, mencoba mengenyahkan halusinasi yang mulai merangkak memenuhi pikiranku. Sadar, K
*
mar. Mama belum pulang dan aku yakin pasti mama akan kembali lembur seperti yang sudah-sudah
masih dalam posis
m?
duk. Kupeluk dirinya, tumpah sudah tangisku. Dapat kurasakan sesaat tubuhnya menegang mendap
Tangan kiriku sudah memukul dad
ku meluap. Kelabu belum juga menjawab. Sampai tangisku perlahan mereda.
ku tidak bisa menolongmu
tanyaku. Hening menya
menerima kehadiranku, Kejora
menerimamu sepenuhnya!" jawabku. Tang
um. Aku mengangguk saja. Ditariknya lengan
lam aroma tubuhnya yang berbau coklat manis bercampur dengan aroma air hujan yang merembes ke
mbung