SANDARRA
sekali. Maka
ima menit lagi ki
arapan. Setelah itu, menyimpan piring dan gelas kotor
k ke dalam kantor. Keduanya menjadi pusat p
ruang meeti
ta kan beda urusannya."
a hari ini akan ada pengumuman kenaikan jabatan dan perubahan posisi
a agar tidak menimbulkan tatapan-tatapan taja
arna silver dan clutch kulit ada di genggamannya
ahu dari mana kalau kita bakalan
adi, nggak sengaja ketemu Pak Natha.
ja?" Gerald
nita. Suasana tiba-tiba menjadi hening. Direktur masuk, memberikan salam dan sapaan. Kemudian memberikan informasi beberapa perubahan formasi. Satu k
kabar ini. Bukankah, itu artinya ia dan Sandarra memiliki perasaan yang sama? Harusnya Natha bisa be
rintahkan kembali ke ruangan masing-masing. Natha masih tinggal di ruang m
. Tolong dicek! Semuanya deadli
andarra mendecak. Ia tidak suka diperintah sambil berjalan, bisa-bisa apa yang diperintahkan ti
ra saya kerjakan." Sa
senyum manis. Nggak
menahan emosinya, Sandarra masuk ke ruangannya. Ia mulai membuka komputer dan mempelajari se
makan siang dan mengantarkan pulang. Wajah Sandarra merah, senyumnya tidak bisa hilang dari bibirnya. Natha begitu memperhatikan hal se
aja!" Suara Gerald menusuk tajam ke hati Sand
ya,P
. Jangan mentang-mentang kamu pe
tu dalam hati. Sepertinya, Gerald mena
ar nggak,
a berusaha fokus pada layar komputer. Ia tidak
a berada di lobi. Ia ingat bahwa ia tidak bersama Natha. Ia mengambil ponsel di dalam tas, lalu melihat ada pe
tu sampai, ia memencet bel berkali-kali. Natha lupa menyertakan sid
at dat
emudian memeluk Natha
gen,
amu lag
i piring." Mulut Natha terli
a aku aj
-apa. Kamu
gi ke kamar, mengganti pakaian dan cuci m
n kamu hari in
"Ya, lumayan banyak dan hari ini
gitu...supaya kamu makin gi
al." Sandarra m
tangannya di pinggang wanita itu. Ia mengecup bibi
eneran jad
ya
ja di luar kota dalam
u senang
Bibir mereka bertautan. Satu tangan Nath
r mereka tidak ingin terlepas, keduanya berpagutan mesra. Mulus, tidak bercela, seperti itu kondisi tubuh Sandarra ketika semua pakaian
. Jantung Sandarra berdebar kencang. Perlahan, Natha menyatukan miliknya pada Sandarra. Gadis itu mengigit bib
a menghunjam berkali-kali sampai ke titik terd
darr
iya
uhan bibir Natha di lehernya. Beberapa detik kemudian, Natha menghunjam keras dan cepat. Sandarra terbelalak, desahannya lolos dari bib
ersamaan. Natha memeluk Sandarra dengan erat, lalu duduk di ujung
u la
Iya, tapi, sebaiknya
nap
wanita,tapi, aku juga tidak bisa m