SANDARRA
it aja, ya. Habis itu a
ini?"tanya Natha sebelum m
au masa
lam hari. Baginya, malam hari adalah waktu un
ok." Sandarra trsenyum tipis. Tangannya ber
iz
lama nggak
a pergi ke ruang tamu, di s
k, ia bisa merapikannya kembali. Ia mengambil koper kecil, khusus tempat penyimpanan body care,
ia keluar dari kamar Sandarra. Selama itu, ia habiskan untuk menonton televisi, tentunya dilanda dengan kebosanan. Rasanya, ia bisa pergi menyela
perawatan wajah. Handuk masih menempel di tubuh dan rambutnya yang basah. Setelah
e kamar Sandarra. Tidak ada l
arra menol
ha memerhatikan penampilan Sandarra, lalu
udah nggak ada,
Natha membantu Sandarra mencari pakaian, lalu ia menemukan gaun malam bewarna
ndarra menata
ini. Enak dipandang mata. Cepet
ri-jarinya. Lima menit kemudian ia muncul. Natha duduk di depan televisi. Di meja, sudah ada satu kotak pizza ukuran besar dengan to
amu berdebat s
ya
dimarahi lagi sama dia. Kok bisa,s
gitu kalau sama perempuan. Abaikan aj
tha
a me
alan datang ber
ung jawab. Mama Papa selalu mengajarkan itu. Kalau kita ketahuan, ya, udah. Katakan kalau kita memiliki hubungan. Mereka tidak akan marah
ah kalau
ba minum obat penenang!" Natha
lau aku nggak
n aku akan menidurimu!
ertawa."Se
mu harus minum obat penenang
ath. Aku hanya sering dilanda ketakutan, kecemasan,
u merasa begitu berat, bagi
, Na
izza,lalu p
ya untuk pindah ke sini, membu
ya duduk di singgasana sembari menikmati cerutunya. Melihat orang suruh
t malam
guk,"ya, ada
Pak." Ia menyerahkan a
ian keningnya berkerut."Sa
dekat dengan Nona Sandarra, Pak. Tampakn
rsatu."Terima kasih, informasi ini sangat berguna, Ryan, Dion. Aku s
k, P
kuan Sandarra." Paul akhirnya memberikan hari libur di tengah-tengah minggu. Anggap saja hadia
asih bany
ahat!" Paul mempersi
ang sedang tertawa di salah s
rra. Paginya terasa menyenangkan, bangun tidur, melihat ada wanita cantik di sebelah
ang dirasakan oleh Natha. Ia ingin meluapkan perasaannya. Namun, ia harus memiliki ba
ar. Ia berpikir, kalau Natha sudah pergi ke dapur, mungkin menyiapkan sarapan atau hal la
pada Natha. Pria asing yang benar-benar cocok dengannya. Tapi, Natha tidak layak lagi disebut sebagai orang asing. Natha s
?" Sandarra duduk
letakkan cangkir kopinya."Pak Di
sebelah alisnya."
ngan mau bicarak
ja yang sudh ditata rapi."Aku
untuk kamu." Natha membalas dengan l
darra mulai makan d
sudah tidak bisa menahan gejolak di dalam dada. Ini masih
kamu ny