Mbak, I Love You
uar kota?" pertanyaan itu ke
idak akan pergi sementara di tangan kanannya ia sudah menenteng koper besar yang membawa semua barang pri
s. Innara memutar bola matanya karena kelakuan sang ibu. "Terus Bunda
da ini, kan ada si kembar." Ucapnya seraya mengedikkan kepala ke a
da ajak curhat. Kalo ke mall gak bisa Bunda mintai saran." Uc
mengantarkan Innara ke kota dimana ia akan berkuliah. Ayahnya sudah menyarankannya untuk naik pesawat terbang, namun Innara menolaknya karena menurutnya perjalanan menggunakan pesawat terbang terla
dia harus mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, itulah sebabnya ia le
i kalo Bunda ribut sama Ayah, gak ada yang belain Bunda."
lamanya. Cuma sampai selesai kuliah, habis itu Nara balik lagi kesini. Kecuali ya habis itu Nara ketemu sama cowok t
sa iya mau la
"Lagian kan enak kalo nikah muda, Bun. Nanti anak Nara udah dewasa, Nara
a orang jauh. Orang sini aja, biar nanti gampang kita ketemua
mbuat ibunya kesal dan memukul lengannya pelan. "Lagian Nara udah rencana mau punya suami orang luar negeri Bun
perbaiki keturunan." Jawab ibunya seraya terkekeh yang dijawab Innara dengan a
pada sang ayah yang saat ini berdiri dua langkah dari mereka. "Lagian malu juga sama penumpang lainnya, masa udah ibu-ibu masih nangis-nangis beg
"Kalo ada apa-apa, Kakak jangan ragu hubungi Ayah." Ucapnya yang dijawab anggukkan Innara. Ayahnya kembali memeluk
ya. "Doain Kakak sukses ya." Pintanya setelah melepas peluk
m mencium puncak kepala
engan tatapan yang tak bisa Innara artikan. "Kakak pergi. Jagain Bunda sama Ayah. Baik-baik juga di
ggukkan sehingga Innara hanya bisa tersenyum memandangnya
dan kursi yang sesuai dengan tiket yang ada di tangannya. Alih-alih menerima penawaran sang ayah untuk naik pesawat, Innara l
mun berakhir menjadi kekasih adiknya-beberapa bulan lalu. Innara akhirnya memutuskan bahwa mau tak mau ia
sesaat setelah pertemuan itu dan ia yang tadinya ingin mengikuti jejak san
di menyeramkan untuk Innara. Seolah itu adalah mimpi buruk untuknya. Karena itulah, Innara memutu
ncinya. Entah hanya perasaannya saja atau memang kenyataannya demikian, namun Innara merasa Azanie selalu bersikap dingin kepadanya dan innara me
an bahagia jika Innara masih bertahan untuk tinggal di tempat itu. Namun set
ingin yang tiba-tiba Azanie tabuh. Yang ia inginkan, kedua orangtuanya merasa tenang dan menganggap hubungannya dengan Azanie selalu baik-baik saja
telah melihat tayangan seorang traveler wanita-Innara tiba-tiba ingin menjadi seperti itu juga. Tah
enikmati hiburan untuk dirinya sendiri. Ia ingin
am negeri, namun juga hotel luar negeri. Karena itulah, semenjak membuat keputusan untuk berkelana. Selama sisa masa SMA nya Innara belajar untuk mengenal bisnis pariwisata dan perhotel
masih saja menyisakan senyum di wajah Innara setiap kali mengingatnya. Waktu empat tahun yang dilaluinya serasa baru saja kemarin. Kini, Innara bukan la
baru, teman-teman baru dan membiasakan diri hidup sendiri dan mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Innara tidak kesulitan untuk itu. Just
bukannya tidak ingin, namun setelah mendapati sikap tak menyenangkan Azanie di k
at ibunya mendapatkan pertanyaan tak menyenangkan dari tetangga ataupun kerabat. Dan ia selalu melakuka
li liburan semester. Entah menghabiskannya untuk magang di sebuah res
lebih memilih untuk kembali ke rumah nene
anya ibunya saat mereka menghabiskan makan mal
-alih beristirahat dulu. Ibunya sudah seringkali membujuknya untuk pulang dulu ke Jakarta dan menetap selama beberapa wakt
ngandelin kenalan Bunda buat masukin Kakak kerja ke ho
awaran untuk bekerja di salah satu hotel bintang empat di Jakarta. Namun karen
koneksi saja yang ia tolak. Tapi ia juga menolak
andiri. Terlebih dia sendiri memang memiliki biaya untuk melanjutkan kuliahnya karena selama ini dia menyimpan penghasilan dari kerja sampingannya dan juga uang jajan ya
ar daddy?" Tanya Azanie yang ternyata mengikutinya pergi ke
eduli?" Tanya I
a sama Ayah karena sikap mandiri dan bisa berdiri di atas kaki sendiri. Eh tau
kenalin?" Celetuk Innara yang e