Dunia Baru Alyssa
ak malu jika menjadi sorotan tiap pasang mata. Tapi Bagi Debo itu sangat mengganggu. OK lah Bagas
mau jauh dari aku, sorry aja ya. A
o sambil bergidik ngeri. Dir
esan menghina tapi sungguh tak ada niat untuk menghina di hatinya. Bagas dan Via pun tak merasa dihina k
awa puas disusul oleh Bagas yang ada di
adar siapa yang ikutan
mpin berwibawa di diri Debo gara-gara kedua tem
luh Debo menunduk menyembunyikan wajahnya, ia lirik teman-tem
ah jaim, keluarin aja asl
r!" Debo mengayunkan garpu ke wajah
n bercampur baur. Tapi dia luruskan hatinya dengan berfikir logis ini adalah tempat umum-boleh laki-laki dan perempuan bertemu dan berkom
an isi hatinya kepada Shilla di depan siswa SMA Safir tepat pada hari ulang tahun Shilla yang ke enam belas, tak kuasa dengan keaadaan Shilla pun memberi jawaban terindah untuk Beril yang konon jawaban itu telah membuat hancur hati para le
ti di meja De
lu kayak sepatu sama kaki," celet
ia tidak laku dikalangan cewek-cewek tapi, karena tak ada yang mau padanya? Tidak, tidak. Bagas tengah menunggu seseorang membuka hati padanya, dan yang paling penting Bagas tengah menunggu
ande aja meleleh ngeliat aku!" ketus Bagas deng
menarik lengan Beril, takut Bagas bersikap anarkis padanya karena telah mengolok-
u di depan biar enak nambah baksonya," sapa Shi
depan banyak setannya, Shi
baksonya kini beralih melihat si
lam Alyssa terasa panas, segera Via menyodorkan teh pada Alyssa. Alyssa menunduk dalam, i
, Lys?" tan
njawab. Dia t
au pesan apa?"
h, yang," j
genggam seolah akan berpisah lama, genggaman itu semakin kuat dan akhirnya terlepas saa
l anak XI IPA 2, ganteng, kan?" Shilla memperke
lama Beril datan
makan," u
, beda dengan Alyssa yang tengah gusar. B
s," kata Beril sambil memperlihatkan s
segera Beril menyuapi S
k, woy ngontrak!" kata Via dia sengaja mengeraskan
?" tanya Sh
raan dengan lelaki yang berstatus sebagai pacarnya. Shilla berdalih ngapain malu? toh kita
udahi makan, menyodorkan uang dua puluh ribu p
teriak Via melihat Alys
gesa-gesa ia meninggalkan kantin y
g ada di depannya, serempak Beril dan Shilla mengendikkan
ssa begitu yakin hendak kemana dia melangkah. Tidak ada pikiran lain, Via melanjutkan kemb