Camelia Sinesis
an sedih dan kecewa," kata Camelia mencoba sekali lagi untuk menetralisir suasana yang terlanjur canggung beberapa saat yang lalu sambil
kung indah sehingga menampakan lesung di pipi kanannya. Senyuman yang mampu
yang dulu menjilat sepatunya mengumbar kata sayang dan cinta bersedia memberinya kesempatan. Para pria maupun wanita
gan wanita dihadap
erhati bersih tak tercela. Wanita yang lahir dari negeri jajahan bangsanya itu sama sekali tidak menghakimi ke
ketika bercanda dengan putranya, kedua tangannya cekatan mengurus beberapa hal dalam satu waktu. Memas
r Jean langsung tahu bahwa Abel adalah anak yang paling beruntung dan
ini dapat memiliki aroma harum yang menimbulkan gelenyar hangat dihatinya.
ya dilihat saja, karena saya me
an rebus singkong yang berterbangan ke segala arah dan juga ceceran sup jagung yang tumpah kemana-mana. Wanita itu nampak sudah sangat terbiasa dengan keadaan ini, sebab Jean tidak menemukan adanya keluhan yang biasa akan keluar dari mulut orangtua yang
irinya. Dan benar saja ketika pria itu menyendokan sup jagung itu kemulut rasanya senikmat aromanya. Dia yakin, bila dia masih hidup hingga tiga ratus tahun lagi pun dia tidak akan pernah melupakan rasa masakan ini. Belum lagi ketika dia mengkombinasikan sup jagung tersebut dengan re
oh yang tidak pernah lepas dari air muka pria itu. Sipir sialan itu selalu menyuruhnya untuk menggonggong lebih dulu layaknya seekor anjing setiap kali jam makan tiba. Setelah puas menghinanya barulah dia akan memberinya upah dengan cara memberi jatah makan di at
an memberikan atensi berlebih kepadanya lagi. Jean telah menandaskan hidangan sederhananya, namun Camelia justru menemukan bagaimana netra abu-a
besar berisi air di atas tungku kayu yang masih menyala. Jean menatap tak percaya pada apa yang sedang wanita itu lakukan terlebih ketika di
putih yang Camelia berikan dengan tangan sedikit gemetar sebelum membawa benda itu ke pipinya. Handuk itu begitu putih, lembut, bersih
handuk kumal berbau sangat apek sebagai lap badan yang bahkan belum
dan membasuhkannya ke wajah juga ke rambutnya. Sungguh betapa dia sangat meresapi semua kemewahan ini. Kepala pria itu tertunduk sehingga bulir-bulir air hangat kembali jatuh dan menetes ke dalam baskom dari helaian rambut sewarna emasnya. Erangan lembut keluar dar
lnya hampir sepanjang umurnya hanyalah air dingin. Entah itu dari sungai, danau, atau pa
hal seperti ini, baunya begitu harum dan berbau udara segar. Alasan mengapa Jean berspekulasi demikian adalah karena seringkali