icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Camelia Sinesis

Bab 8 Pengenalan

Jumlah Kata:1159    |    Dirilis Pada: 01/11/2023

menatap makanan melimpah di piringnya sendiri. Telur dadar dan nasi putih hangat, selain itu ada segelas air teh yang masih men

wahan yang bisa saya berikan kepada kamu," ungkap Camelia dengan nada lemah lemb

iasa. Saya bahkan tidak makan, m

enatap Jean lekat-lekat. Mata mereka bertemu satu sama lain dan Jean mengalih

k memasaknya," jawab Jean datar, mengingat bagaimana dulu ketika dia berada di medan pert

Dia terus menatap wajah Jean yang sangat segar di mata seperti sosok yang baru. Dia tidak berbohong ketika memujinya. Pria itu

suka makan roti, mentega dan telur ceplok sebagai sarapan yang paling sederhana ketika masih berada di kediaman mereka dahulu. Tapi sekarang karena keadaan, Camelia te

h dan memakan masakannya. Camelia tentu tidak bisa menahan senyumnya. Dia sungguh

beri makan ternak dan membersihkan beberapa kekacauan." Senyum lembut penuh pengertian hadir di ujung bibir Cameli

k, N

k seorang Johannes. Ah ... sudah lama sekali dia

*

ti ini? rasanya tidak pernah. Karena itulah ketika Camelia menyentuhnya dengan begitu lembut Jean merasa begitu tersedot dala

a Jean. Sambil terhuyung wanita itu gegas mengambil sapu lidi yang dia letakan tidak jauh dari tempatnya

ih pendek daripada yang sebelah kanan. Tapi secara keseluruhan potongan rambut ini jauh lebih baik d

mbuat para tahanan terlihat rapi. Hanya salah satu cara untuk menghina kami dan menjadikan kami sebagai bahan tertawaan saja." Jean tidak mengerti mengapa dia harus mengungkap hal seperti itu kepada Camelia.

ng menjadi tahanan kompeni. Keluarga menantikan mereka pulang dan kembali berkumpul, tapi yang terjadi biasanya hanya tinggal nama. Sebenarnya tidak pantas pula Camelia mengatakan bahwa it

dan memberinya kekuatan untuk menghapus seluruh rasa sakit dimasa lalunya. Tapi sebelum Camelia dapat me

an ternak dulu," ujar Jean sebelum benar-benar perg

ia perbuat pada wanita berhati malaikat yang mau menerimanya dengan tangan terbuka itu. Dia harus memutus saat-saat kedekatan yang selalu tercipta tanpa se

aatkanmu sejauh ini," gumam

. Benteng yang tidak akan dia izinkan untuk dimasuki oleh orang lain.

*

t itu. Begitu banyak tumpukan sampah dimana-mana. Juga onggokan rongsokan besi tua. Sebenarnya besi-besi ini bisa didaur ulang menjadi senjata dan bernilai sangat tinggi.

nar akan rubuh hanya dengan satu tendangan. Bau kandangnya juga sangat memuakan, tidak heran jika ayam-ayamnya memilih tidur diluar dan bertelur di

ena ada gulungan kawat, kaleng cat, perabot, pekakas, baju bekas, keranjang, peti telur, tali katrol, teko, bahkan kasur ... Entahlah terlalu b

Ketika sedang bekerja dia menyadari bahwa Abel memperhatikannya, ekspresinya yang melongo de

dahkan barang-barang ini, Jagoan?" ta

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kesan Pertama2 Bab 2 Fakta3 Bab 3 Penuh Syukur4 Bab 4 Tidak Suka Dikasihani5 Bab 5 Pengharapan6 Bab 6 Hari Baru7 Bab 7 Kasual8 Bab 8 Pengenalan9 Bab 9 Wanita Penggoda10 Bab 10 Kisah Masa Lalu Nyai Camelia11 Bab 11 Sesuatu yang Berbeda12 Bab 12 Insiden13 Bab 13 Kehangatan14 Bab 14 Sampai Besok15 Bab 15 Perubahan Baik16 Bab 16 Pria Idaman yang Nyaris Punah17 Bab 17 Perempuan Binal18 Bab 18 Rayuan Perempuan Jalang19 Bab 19 Wanita Liar20 Bab 20 Pria yang Mencintai Kehangatan21 Bab 21 Flashback Tentang Nyai Camelia22 Bab 22 Kegelisahan Nyai Camila23 Bab 23 Merindumu24 Bab 24 Semakin Dekat25 Bab 25 Jatuh Hati26 Bab 26 Salah Paham Lagi27 Bab 27 Perbedaan Pandangan28 Bab 28 Apakah Ini Akhir Kita 29 Bab 29 Jean & Abel30 Bab 30 Melamar31 Bab 31 Kita Nikah Besok32 Bab 32 Gak Bisa Tidur33 Bab 33 Hari Pernikahan34 Bab 34 Kejutan35 Bab 35 Keluar Untuk Pertama Kali36 Bab 36 Pusat Kota37 Bab 37 Cincin Kawin38 Bab 38 Hakim Adam39 Bab 39 Sah40 Bab 40 Papa Baru41 Bab 41 Bioskop42 Bab 42 Menginginkan Lebih43 Bab 43 Ciuman Selamat Malam44 Bab 44 Seranjang Berdua45 Bab 45 Mengenalmu Lebih Dalam46 Bab 46 Kisah Masa Lalu Jean47 Bab 47 Dikhianati48 Bab 48 Imaji Kurang Ajar49 Bab 49 Caraku Memandangmu50 Bab 50 Pagi yang Seru51 Bab 51 Kegiatan Jean Sebagai Kepala Keluarga52 Bab 52 Filosofis53 Bab 53 Pillow Talk54 Bab 54 What a Shame55 Bab 55 Wanita yang Patah Hati56 Bab 56 Sahabat Baru57 Bab 57 Rumah58 Bab 58 Mendebarkan59 Bab 59 Bercumbu Ria60 Bab 60 Badai 61 Bab 61 Mimpi Basah62 Bab 62 Pengungkapan Jean63 Bab 63 Enak 64 Bab 64 Pulang Mabuk65 Bab 65 Penebusan Kesalahan66 Bab 66 Marah67 Bab 67 Retak68 Bab 68 Perang Dingin69 Bab 69 Akal Bulus70 Bab 70 Bingung71 Bab 71 Tabir yang Terbuka72 Bab 72 Berbaikan73 Bab 73 Krisis74 Bab 74 Moment Melahirkan75 Bab 75 Kelahiran Sang Putri76 Bab 76 Invasi77 Bab 77 Nyonya Limah78 Bab 78 Surat Panggilan79 Bab 79 Menghabiskan Waktu Bersama80 Bab 80 Ulangtahun Pertama dan Terakhir81 Bab 81 Moment Bersama yang Terkasih82 Bab 82 Panas Membara83 Bab 83 Sisa Waktu84 Bab 84 Goodbye Days85 Bab 85 Permintaan86 Bab 86 Akhir