icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Camelia Sinesis

Bab 6 Hari Baru

Jumlah Kata:1343    |    Dirilis Pada: 01/11/2023

at bersinar keemasan menerobos melalui sela-sela jendela yang tidak tertutupi dengan benar oleh tirai. Cahaya tersebut membias membuat selarik sin

idengarkan makin mirip dengan suara ayunan kapak yang sedang digunakan untuk membelah kayu-kayu gelondongan. Suara itu jelas bukan jenis suara yang

n J

bangkit dari ranjang dengan senyuman manis yang terukir dibibirny

kasih

untuk menatap lurus kearah pria yang tengah membelah kayu di ujung halaman. Tumpukan kayu tersebut telah dibe

t andalannya sajal, sungguh makin dilihat secara seksama memang benar rupanya

ngnya yang pucat. Perutnya yang rata dipadu dengan sepasang lengan yang kuat lagi kencang juga tampak berpeluh ketika dia menaruh kayu gelondongan di atas tungg

endela dan berjalan menuju kearah pintu belakang. Jean menoleh saat mendeng

Camelia,”

dak pernah menyuruh kamu untuk melakukan ini. Kamu belum resmi bertanggung jawab atas ini,” sambung Nyai Camelia terlihat menyesal menatap kear

aya karena Nyai Camelia membiarkan saya sudah

ana cara kerja hubungan kita. Sampai saat itu tiba, tolong ja

terusan berwarna biru laut sebatas mata kaki yang memperlihatkan jelas bentuk perutnya. Rambut hitamnya te

el si batita menggemaskan adalah putranya, begitu pula dengan bayi yang masih berada dikandungan Camelia adalah darah dagingnya.

tasi mengenai hal yang mustahil terjadi. Banyak hal besar di dalam hidup yang dia lewati begitu

h siapa-sia

luruh hal yang mengganggu isi kepal

dahulu. Setelah itu baru kita bicara,” sahut Jean yang me

kasih sudah membantu meringank

a. Benda itu cukup berat dan sedikit tajam sehingga menggores permukaan kulitnya yang tidak tertutup apa-apa. Anehnya dia merasa senang dan lega ketika merasakan rasa sakit dan perih yang mengiris kulitnya. Pa

ibuat diatas tungku perapian. Entah sudah berapa kali dia bolak-balik, tapi yang pasti dia merasa

res oleh kayu. “Sekarang kamu tidak perlu kerepotan untuk sementara waktu karena saya sudah membantu sedikit d

entara kedua tangannya cukup sibuk menyatukan helaian rambut hitam panjangnya menjadi sebuah kepangan. Gerakan tersebut sedikit membuat pakaiannya terangkat dan menyingkap bagian atasan paka

ang kamu liha

an reaksinya sendiri ketika berhadapan dengan Nyai Camelia. Ketika dia pura-pura sibuk dan mulai mengorek-ngorek perapian untuk membesarkan nyala api, tetap saja pikirannya tidak bisa mengenyahk

an? Wanita itu sedang hamil dan buncit seper

ia seraya sibuk mengiris d

Nya

tolong untuk mem

rah s

sejak dia tidak tertawa selepas ini. “Saya sudah bilang semalam kalau Madam itu nama sapi betina saya. Memangnya kamu k

kekeh. Agak malu dengan pikirannya yang agak kotor, karen

h Madam dan dia tidak akan menanggapi kalau dipanggil dengan sebutan lain,” terang Camelia d

ah— “… Madam.” Jean terbatuk sedikit dan mendengus pel

us yang pernah Camelia lihat. Begitu indah ketika tersenyum dan menghilangkan garis keras dan kaku dari wajahnya yang memang sudah tampan. “Wah, wah … apa yang saya lih

berapa detik mereka saling bertatapan saat itu pula Jean berdehem membersihkan tenggorokannya yang mendadak jadi kering. Dia cepat-cepat pergi

man menuju ke kandang tempat dia tidur s

an!” pan

, N

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kesan Pertama2 Bab 2 Fakta3 Bab 3 Penuh Syukur4 Bab 4 Tidak Suka Dikasihani5 Bab 5 Pengharapan6 Bab 6 Hari Baru7 Bab 7 Kasual8 Bab 8 Pengenalan9 Bab 9 Wanita Penggoda10 Bab 10 Kisah Masa Lalu Nyai Camelia11 Bab 11 Sesuatu yang Berbeda12 Bab 12 Insiden13 Bab 13 Kehangatan14 Bab 14 Sampai Besok15 Bab 15 Perubahan Baik16 Bab 16 Pria Idaman yang Nyaris Punah17 Bab 17 Perempuan Binal18 Bab 18 Rayuan Perempuan Jalang19 Bab 19 Wanita Liar20 Bab 20 Pria yang Mencintai Kehangatan21 Bab 21 Flashback Tentang Nyai Camelia22 Bab 22 Kegelisahan Nyai Camila23 Bab 23 Merindumu24 Bab 24 Semakin Dekat25 Bab 25 Jatuh Hati26 Bab 26 Salah Paham Lagi27 Bab 27 Perbedaan Pandangan28 Bab 28 Apakah Ini Akhir Kita 29 Bab 29 Jean & Abel30 Bab 30 Melamar31 Bab 31 Kita Nikah Besok32 Bab 32 Gak Bisa Tidur33 Bab 33 Hari Pernikahan34 Bab 34 Kejutan35 Bab 35 Keluar Untuk Pertama Kali36 Bab 36 Pusat Kota37 Bab 37 Cincin Kawin38 Bab 38 Hakim Adam39 Bab 39 Sah40 Bab 40 Papa Baru41 Bab 41 Bioskop42 Bab 42 Menginginkan Lebih43 Bab 43 Ciuman Selamat Malam44 Bab 44 Seranjang Berdua45 Bab 45 Mengenalmu Lebih Dalam46 Bab 46 Kisah Masa Lalu Jean47 Bab 47 Dikhianati48 Bab 48 Imaji Kurang Ajar49 Bab 49 Caraku Memandangmu50 Bab 50 Pagi yang Seru51 Bab 51 Kegiatan Jean Sebagai Kepala Keluarga52 Bab 52 Filosofis53 Bab 53 Pillow Talk54 Bab 54 What a Shame55 Bab 55 Wanita yang Patah Hati56 Bab 56 Sahabat Baru57 Bab 57 Rumah58 Bab 58 Mendebarkan59 Bab 59 Bercumbu Ria60 Bab 60 Badai 61 Bab 61 Mimpi Basah62 Bab 62 Pengungkapan Jean63 Bab 63 Enak 64 Bab 64 Pulang Mabuk65 Bab 65 Penebusan Kesalahan66 Bab 66 Marah67 Bab 67 Retak68 Bab 68 Perang Dingin69 Bab 69 Akal Bulus70 Bab 70 Bingung71 Bab 71 Tabir yang Terbuka72 Bab 72 Berbaikan73 Bab 73 Krisis74 Bab 74 Moment Melahirkan75 Bab 75 Kelahiran Sang Putri76 Bab 76 Invasi77 Bab 77 Nyonya Limah78 Bab 78 Surat Panggilan79 Bab 79 Menghabiskan Waktu Bersama80 Bab 80 Ulangtahun Pertama dan Terakhir81 Bab 81 Moment Bersama yang Terkasih82 Bab 82 Panas Membara83 Bab 83 Sisa Waktu84 Bab 84 Goodbye Days85 Bab 85 Permintaan86 Bab 86 Akhir